Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Investor Taiwan Minat Buka Pabrik di RI, Ajukan 4 Syarat ke Pemerintah

Menteri Koordinator Bidang Perekonomiian, Airlangga Hartarto. (IDN Times/Triyan).
Intinya sih...
  • 15 investor asal Taiwan berniat merelokasi pabrik ke Indonesia
  • Investor meminta kemudahan pembelian tanah, sumber energi hijau, dan harga gas kompetitif

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, sekitar 15 investor asal Taiwan berniat merelokasi pabriknya ke Indonesia. Namun mereka mengajukan empat syarat yang harus dipenuhi pemerintah. 

"Tadi Asosiasi Tekstil Taiwan datang dan mereka menyatakan punya keinginan untuk investasi di Indonesia karena beberapa dari mereka sudah investasi di Indonesia, di daerah Purwakarta. Permintaan mereka ada beberapa hal," kata Airlangga kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (1/11/2024).

1. Pembelian tanah bisa dilakukan dengan lebih mudah

ilustrasi lahan pertanian (unsplash.com/Lucas Gallone)
ilustrasi lahan pertanian (unsplash.com/Lucas Gallone)

Persyaratan pertama, para calon investor meminta agar pembelian tanah di Indonesia dapat dilakukan dengan cara yang lebih mudah. Merespons permintaan itu, Airlangga menawarkan agar calon investor tersebut membangun pabriknya di kawasan industri.

“Tadi saya arahkan mereka untuk masuk kawasan (industri) karena kalau keluar kawasan, mereka Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) lama, dan juga dua-tiga tahun hanya pematangan lahan,” tuturnya.

2. Sumber energi hijau harus dimanfaatkan

Ilustrasi ESG (Dok. Freepik)

Kedua, para calon investor tersebut meminta agar ada sumber energi hijau yang dapat dimanfaatkan. Menurut Airlangga, hal ini diminta agar dapat memenuhi kepatuhan Environmental, Social, and Governance (ESG).

"Energi hijau kan bisa dari gas, bisa dari hydro, bisa dari solar floating, di mana itu di Jawa Barat semuanya tersedia," ucap Airlangga.

3. Harga gas diminta lebih murah untuk produksi

Seorang petugas PT Kalimantan Jawa Gas (KJG) memantau jaringan pipa transmisi yang menghubungkan sumber gas bumi dengan pengguna, termasuk industri perhotelan di Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Selanjutnya, 15 investor yang menemui Airlangga juga meminta agar harga gas yang dipakai bisa mendapatkan harga kompetitif untuk mendukung operasional mereka. Pasalnya, para investor tersebut mengeluh tingginya harga gas yang bisa mencapai 12 dolar AS per MMBTU.

"Saya katakan kalau harganya 9 dolar AS per MMBTU, itu rata-rata industri dapat segitu. Jadi kalau mereka dapat di atas itu, mereka mesti sampaikan ke pemerintah, nanti pemerintah panggillah PGN atau siapa," ujar Airlangga.

4. Melakukan percepatan penyelesaian IUE CEPA-CPTPP

ilustrasi perjanjian (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Keempat, para investor tersebut ingin mendapatkan pasar yang menguntungkan. Mereka menyebut, saat ini keuntungan terbesar diperoleh melalui investasi di China dan Vietnam, terutama karena Vietnam memiliki perjanjian dagang European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IUE-CEPA) dan Comprehensive and Progresive Trans-Pasific Partnership Agreement (CPTPP).

Oleh karena itu, mereka ingin Indonesia bisa melakukan percepatan penyelesaian IUE-CEPA dan CPTPP. 

"Itu komit kalau Indonesia bisa mendapatkan IUE-CEPA, itu mereka akan relokasi bahkan dari Vietnam ke Indonesia," ucap Airlangga.

Mantan menteri perindustrian ini pun menegaskan ke-15 calon investor menyatakan ketertarikannya berinvestasi di sektor padat karya Indonesia, utamanya pada industri tekstil. Menurutnya investor ini pun berencana membangun pabrik di Indonesia sehingga tidak ada kaitannya dengan PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex yang telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang merilis putusan perkara dengan nomor 2/Pdt.Sus- Homologasi/2024/PN Niaga Smg.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us