Jakarta Batal Tenggelam, Muka Tanah Berhasil Naik 5 Meter!

Jakarta, IDN Times - Jakarta sempat dihebohkan oleh isu bakal tenggelam. Hal itu diprediksi akan terjadi apabila penurunan muka tanah Jakarta terus terjadi.
Kabar baiknya, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid mengungkapkan adanya pemulihan air tanah di cekungan air tanah (CAT) Jakarta.
"Di tahun-tahun terakhir ini sudah mengalami rebound, mengalami kenaikan muka air tanah hingga 5 meter dan syukur alhamdulillah itu bagian dari pengelolaan," katanya dalam Konferensi Pers Pengendalian Air Tanah di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (13/11/2023).
1. Berkat pengendalian penggunaan air tanah

Dia menerangkan, pemulihan terjadi berkat dilakukannya pengendalian penggunaan air tanah, dibarengi oleh peningkatan kapasitas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Hal itu tidak terlepas dari kerja sama dengan Balai Konservasi Air Tanah Kementerian ESDM di Jakarta dengan pemerintah daerah (pemda) setempat.
Upaya tersebut menunjukkan hasil positif dengan mulai terjadinya proses pemulihan muka air tanah dan melandainya penurunan tanah (landsubsidence) Alhasil, laju penurunan tanah melandai di angka 0,04 hingga 6,30 cm per tahun, dibandingkan periode 1997 hingga 2005 yang penurunan tanahnya antara 1-10 cm hingga 15-20 cm per tahun.
2. Pengambilan air tanah bukan satu-satunya penyebab penurunan muka tanah

Dia memberi catatan, pengambilan air tanah bukan satu-satunya biang kerok penurunan muka tanah. Ada hal-hal lain seperti kompaksi alami dan tektonik.
"Maupun dari pembebanan infrastruktur ataupun gedung-gedung di sekitar lokasi karena mereka sudah mengalami pemanfaatan dan juga konsolidasi secara alamiah," tuturnya.
Akan tetapi, kata dia, dengan pengelolaan air tanah, setidaknya bisa mengurangi percepatan dari penurunan muka tanah yang ada di Indonesia.
3. Jepang berhasil rem penurunan muka air tanah dengan moratorium

Berkaca dari apa yang dilakukan oleh negara lain, moratorium bisa menjadi cara untuk mengerem penurunan muka air tanah, seperti yang dilakukan di Nagoya dan Tokyo.
"Salah satu yang untuk menghambat kecepatan dari landsubsidence di sana itu adalah moratorium pengambilan air tanah. Itu mengurangi dari kecepatan dari penurunan muka air tanah di Nagoya maupun di Tokyo," tambah Wafid.