Kelangkaan BBM di Rusia Sebabkan Lonjakan Harga

- Perusahaan minyak Rusia hentikan penahanan harga, memperkirakan pemerintah akan menerapkan subsidi untuk menstabilkan harga minyak.
- Putin akui terdapat kelangkaan minyak di Rusia, dengan cadangan gas alam yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga 100 tahun ke depan.
- Ekonomi Rusia hadapi stagnasi teknis, dipicu oleh kebijakan pengetatan dari Bank Sentral Rusia yang bisa membuat ekonomi jatuh ke jurang resesi.
Jakarta, IDN Times - Harga bahan bakar minyak (BBM) di Rusia terus meningkat pada Kamis (4/9/2025), imbas kelangkaan BBM dalam beberapa bulan terakhir. Kelangkaan ini disebabkan oleh serangkaian serangan Ukraina di depo minyak Rusia.
Berdasarkan data dari St. Petersburg International Mercantile Exchange, harga BBM tipe AI-95 mencapai rekor tertinggi hingga 82.380 ruble (Rp16,6 juta) per ton. Meski sempat menurun, harga tersebut termasuk yang tertinggi.
1. Perusahaan minyak Rusia hentikan penahanan harga
Pada Agustus, sejumlah perusahaan minyak Rusia menghentikan praktik penahanan harga. Mereka memperkirakan bahwa pemerintah akan menerapkan subsidi untuk menstabilkan harga minyak.
Menteri Energi Rusia, Sergei Tsivilev mengatakan sudah mendiskusikan soal kebijakan stabilisasi harga minyak. Salah satu kebijakan yang akan diambil adalah dengan meminta perusahaan minyak untuk mengalihkan volume solar dari pipa ekspor ke pasar domestik, dilansir The Moscow Times.
Selain itu, Tsivilev menyebut, perusahaan minyak sudah menyesuaikan diri dengan memperbaiki kilang minyak sesuai jadwal untuk menghindari periode permintaan tertinggi. Langkah ini untuk memitigasi kelangkaan suplai.
2. Putin akui terdapat kelangkaan minyak di Rusia

Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia sedang mengalami kelangkaan gas ketika berkunjung di Vladivostok. Kelangkaan gas tersebut terjadi di kawasan Timur Jauh Rusia.
“Saya mendorong agar kami dapat menggantikan cadangan batu bara yang dimiliki Rusia. Dengan banyaknya cadangan batu bara yang dimiliki Rusia, ini akan bertahan hingga ribuan tahun ke depan,” terangnya, dikutip dari The Kyiv Independent.
Kementerian Energi Rusia menyebut bahwa Rusia memiliki 63,4 triliun meter kubik cadangan gas. Pada 2020, cadangan gas alam ini diklaim cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga 100 tahun ke depan.
3. Ekonomi Rusia hadapi stagnasi teknis

CEO Sberbank, German Gref mengatakan bahwa ekonomi Rusia menghadapi stagnasi teknis pada kuartal II 2025. Menurutnya, kebijakan pengetatan dari Bank Sentral Rusia bisa membuat ekonomi Rusia jatuh ke jurang resesi.
“Pendorong utamanya tentu suku bunga acuan Bank Sentral RUsia. Suku bunga acuan akan menjadi 14 persen per tahun. Apakah ini cukup untuk ekonomi yang sedang memulai kembali? Di mata kami, ini tidak cukup,” ungkapnya.
Sebelumnya, Bank Sentral Rusia sudah meningkatkan suku bunga acuan menjadi 21 persen pada September 2024. Langkah ini untuk mencegah lonjakan inflasi yang didorong oleh belanja militer.