Kena Modus Donasi, Ini Kisah Petinggi OJK Jadi Korban Scam di IG

- Petinggi OJK, jadi korban scam di Instagram setelah disuruh sumbang masker oleh temannya yang sebenarnya sudah dibajak akunnya.
- Indonesia masuk fase darurat scam dengan 874 laporan penipuan per hari ke Indonesia Anti Scam Center (IASC) menurut OJK.
- OJK berkomitmen memberikan literasi keuangan dan digital untuk masyarakat agar terhindar dari modus penipuan yang semakin banyak.
Jakarta, IDN Times - Scam atau penipuan yang semakin banyak modusnya saat ini bisa menyerang siapa saja, tanpa terkecuali. Salah satunya adalah Friderica Widyasari Dewi yang saat ini menjabat sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Perempuan yang karib disapa Kiki tersebut menceritakan masa-masa saat dirinya menjadi korban penipuan melalui media sosial Instagram beberapa tahun lalu. Cerita itu disampaikan Kiki secara detail kepada awak media dalam momen diskusi yang digelar di Purwokerto, Jawa Tengah pada Sabtu (18/10/2025).
Sambil mengenang momen tidak beruntung tersebut, Kiki merunut kronologi dirinya menjadi korban penipuan melalui Instagram. Penipuan itu dialami Kiki saat pandemik COVID-19 dan sebelum dia menjadi Anggota Dewan Komisioner OJK.
"Saya di-DM sama temen saya, yang pejabat di satu kementerian. Tahu gak, dia kalau nawarin yang lain, saya pasti udah alert ya, dia nawarinnya adalah untuk nyumbang, waktu itu lagi COVID kan. Jadi nyumbang katanya beli masker untuk kita sumbangkan. Saya pikir mulia banget ya, toh kita juga harus nyumbang kan, kita harus sedekah gitu. Saya okein, saya transfer gitu," tutur Kiki sambil agak sedikit tertawa mengingat masa-masa tersebut.
1. Penipu tahu panggilan akrab Friderica

Kiki kemudian baru mengetahui jadi korban penipuan setelah bertemu dengan temannya tersebut secara langsung. Kiki awalnya berpikir kenapa sang temannya itu tidak mengucapkan terima kasih atau berbicara sepatah dua patah kata terkait sumbangan.
Setelah itu, Kiki baru bertanya ke temennya terkait update donasi yang disampaikan di Instagram. Namun, teman Kiki tersebut mengaku tidak tahu menahu soal sumbangan dan tidak menyadari jika akun Instagramnya dibajak penipu.
Satu hal yang kemudian disadari Kiki adalah bahwa si penipu mengetahui panggilan akrab yang biasa disebut oleh teman-temannya saja.
"Menariknya orang itu manggil saya Mbak Kiki gitu ya. Kalau orang gak kenal saya Bu Friderica, tapi kalau manggil Kiki gitu sih temen gitu, dan itu bener-bener seolah dia dengan bahasanya. Jadi memang itu mereka melakukan profiling atas diri kita," kata Kiki.
Selain itu, Kiki juga menyadari orang yang menjadi korban scam atau penipuan cenderung tidak sadar, seperti apa yang dialaminya. Kiki pun tidak akan mengetahui jadi korban penipuan jika tidak bertemu temannya si pemilik asli akun Instagram yang menghubunginya.
"Terus habis itu dia melaporkan ke bank bahwa Instagramnya dipake penipuan dan saya disuruh bikin kesaksian, ya malu lah ya, jadi gak usah lah, saya ikhlaskan, saya sedekahkan buat si scammer itu Rp5 juta," tutur Kiki sambil tertawa.
2. Indonesia darurat scam

Sementara itu, OJK menyatakan Indonesia saat ini sudah memasuki fase darurat scam alias penipuan. Pernyataan itu disampaikan berdasarkan banyaknya laporan scam yang masuk ke Indonesia Anti Scam Center (IASC).
Berdasarkan data IASC, setidaknya ada laporan terkait scam sebanyak 874 per hari. Data itu diperoleh sejak IASC dibentuk pada November 2024 hingga 30 September 2025 silam.
"Penipuan di kita itu, ini sudah menurut saya sudah waspada gitu, waspada scam. Sudah darurat scam, darurat penipuan. Bayangin aja, setiap hari kalau tadi kita lihat itu sudah 900-1.000 orang yang lapor ke IASC," tutur Kepala Departemen Perlindungan OJK, Rudy Agus Purnomo Raharjo.
3. Literasi keuangan dan literasi digital

Rudy pun menjelaskan, pihaknya selaku regulator punya tugas memberikan edukasi kepada masyarakat agar terhindar dari segala macam modus penipuan yang ada. Selain itu, OJK juga berkomitmen untuk memberikan literasi keuangan dan literasi digital secara bersamaan untuk menjauhkan diri dari modus-modus penipuan.
"Kedua itu yang perlu diperhatikan, agar masyarakat makin melek, makin terliterasi terkait dengan produk-produk yang dikeluarkan dan arena tadi itu, jumlahnya tadi kalau disimak ada berapa yang sudah lapor, hampir 300 ribu," kata Rudy.