Lebih dari Sekadar Nikel, Kontribusi Vale untuk Ekonomi Hijau

Industri pertambangan merupakan industri yang masih diprediksi akan terus berkembang pesat kedepannya. Pada tahun 2022, tercatat industri pertambangan dan penggalian berkontribusi sebesar 12,22 persen terhadap perekonomian Indonesia. Komoditas pertambangan unggulan di Indonesia adalah nikel. Pada siaran pers Oktober 2023, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral menyatakan bahwa cadangan komoditas nikel di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, yaitu sebesar 23 persen cadangan total di dunia.
Perusahaan pertambangan nikel terbesar adalah PT Vale Indonesia yang telah beroperasi selama setengah abad. Mengutip dari GlobalData report, Vale bahkan mendominasi industri nikel di dunia. Dalam website-nya, tertulis bahwa mereka memiliki komitmen untuk berkontribusi positif terhadap pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut tentu merupakan sinyal baik di tengah rusaknya lingkungan akibat aktivitas pertambangan dan penggalian. Kontribusi tersebut merupakan langkah nyata dalam menambang kebaikan untuk mendukung ekonomi hijau.
1. Pemanfaatan energi terbarukan

Isu energi terbarukan bukanlah isu baru di industri pertambangan Indonesia. Namun, dengan melimpahnya sumber daya alam, potensi energi terbarukan sangatlah besar. Melalui pemanfaatan energi terbarukan sebagai energi listrik, beban pembangkit listrik yang menggunakan energi fosil dan batubara dapat berkurang sehingga energi yang dihasilkan pun lebih bersih. Sebagai pemanfaatan energi terbarukan, PT Vale Indonesia memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dalam kegiatan operasionalnya.
Dikutip dari laman instagram, PT Vale Indonesia memiliki 3 (tiga) unit PLTA yang berlokasi di Luwu Timur. Tiga unit PLTA tersebut berkontribusi terhadap 36 persen total energi yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional mereka. Pemanfaatan PLTA pada akhirnya juga dapat menekan biaya produksi secara keseluruhan. CEO PT Vale Indonesia, Febriany Eddy, pada wawancara khusus CNBC Asia Sustainable Future juga menyatakan bahwa ketiga PLTA tersebut menjadikan pabrik pengolahan nikel Vale sebagai pabrik dengan intensitas karbon terendah di Indonesia.
2. Pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab

Bisnis pertambangan erat kaitannya dengan kelestarian lingkungan. Wilayah dengan aktivitas pertambangan cenderung mengalami kerusakan pada ekosistem lokal, termasuk deforestasi dan pencemaran air, tanah, serta udara yang lebih tinggi. Namun, PT Vale Indonesia dapat membuktikan diri bahwa bisnis pertambangan, khususnya nikel, dapat mewujudkan minimnya dampak buruk bagi lingkungan melalui penerapan standar environmental, social, dan governance (ESG).
Vale menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dalam menjalankan bisnisnya. Terdapat berbagai program pengelolaan lingkungan, mulai dari reklamasi lahan bekas tambang, pengelolaan air dan limbah, hingga konservasi keanekaragaman hayati. Pengelolaan air pada proses produksi dilakukan daur ulang kembali dengan proses penjernihan kembali agar dapat digunakan misalnya untuk menyiram jalan. Lahan pasca tambang juga dilakukan reklamasi ke kondisi alaminya. Pada lahan tersebut, dibangun persemaian modern yang mengembangkan 65 jenis tanaman termasuk tanaman kayu.
3. Pengurangan emisi karbon

Industri nikel merupakan industri yang berkontribusi tinggi dalam peningkatan emisi karbon dan polusi air, utamanya di pembangunan smelter (Tangkudung, A. G., & Kaseger, J. Y.,2024). Bentuk komitmen PT Vale Indonesia dalam menurunkan emisi karbon adalah melalui peluncuran bus listrik dan rekondisi truk untuk penggunaan operasional. Hal tersebut sejalan dengan peta jalan dekarbonisasi industri nikel yang telah diluncurkan tahun lalu.
Peluncuran bus listrik tersebut bukan semata untuk mengikuti tren kendaraan listrik di Indonesia. Namun, hal tersebut adalah bentuk #MenambangKebaikan mewujudkan pertambangan nikel rendah karbon. Selain itu, PT Vale Indonesia juga melakukan rekondisi truk yang sebelumnya rusak berat agar dapat dioperasikan kembali untuk mengurangi jejak karbon dan efisiensi sumber daya serta biaya. PT Vale Indonesia sendiri memiliki target perseroan dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca absolut sebesar 33 persen pada 2030.
4. Pemberdayaan masyarakat lokal

Selain berfokus pada keberlanjutan lingkungan dan keberlanjutan ekonomi, penerapan ekonomi hijau juga dapat memberikan dampak bagi pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat. PT Vale Indonesia memiliki program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang dijalankan di Kabupaten Luwu Timur. Program tersebut meliputi pendampingan petani, pembinaan UMKM, dan pembangunan infrastruktur untuk #menambangkebaikan.
Program PPM yakni pendampingan petani dilakukan dengan pengembangan pertanian organik yang lebih hemat air, hemat biaya, ramah lingkungan tetapi tetap dapat meningkatkan produksi. Selain itu, juga dilakukan pemberdayaan masyarakat lansia di bidang peternakan ayam kampung. Kemudian, selain sebagai kebutuhan operasional pabrik, PLTA yang dijalankan oleh PT Vale Indonesia juga telah dapat menyalurkan listrik kepada masyarakat. Beberapa jaringan air bersih juga telah dibangun sebagai kontribusi ke masyarakat setempat.
Transformasi menuju ekonomi hijau merupakan tanggung jawab bersama-sama antara masyarakat dan pelaku usaha. Pemberdayaan ekosistem secara berkelanjutan tidak hanya bertujuan untuk generasi masa kini tetapi juga untuk keberlangsungan generasi masa depan. Mulai dari hal kecil, #StartWithMe, bersama-sama kita dapat mendorong transformasi kegiatan ekonomi menjadi masa depan yang lebih hijau.