LPEM UI: BI Perlu Tahan Suku Bunga Acuan

- BI diprediksi pertahankan suku bunga acuan 6% dalam RDG November 2024
- Inflasi Oktober 2024 turun menjadi 1,71%, masih dalam target BI
Jakarta, IDN Times - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19-20 November 2024.
Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky berpendapat BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00 persen pada RDG November 2024.
Hal ini untuk memastikan bahwa penyesuaian suku bunga acuan di masa mendatang dilakukan pada waktu yang tepat untuk menjaga stabilitas harga dan memberikan ruang untuk penurunan suku bunga apabila diperlukan di masa mendatang.
"Saat ini, pemotongan suku bunga acuan belum mendesak dan menahan suku bunga acuan akan memberikan ruang lebih untuk pemotongan suku bunga di masa mendatang saat diperlukan,” ucap Riefky dalam Seri Analisis Makroekonomi Rapat Dewan Gubernur BI November 2024 yang diterima pada Rabu (20/11/2024).
1. Faktor domestik dan inflasi topang ekonomi

Ia menjelaskan, faktor domestik berkaitan dengan inflasi Oktober 2024 yang secara tahunan menurun jadi 1,71 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,84 persen (year on year/yoy) di bulan sebelumnya.
"Inflasi tahunan pada Oktober 2024 mencapai titik terendahnya sejak November 2021 dan relatif masih dalam batas target inflasi Bank Indonesia sebesar 1,5 persen hingga 3,5 persen," ujarnya.
Penurunan inflasi didorong oleh kelompok harga yang diatur pemerintah dan kelompok harga bergejolak. Inflasi inti sedikit meningkat ke 2,21 persen (yoy), didorong oleh naiknya harga komoditas global.
2. Rupiah tunjukkan kinerja moderat

Ia menjelaskan, arus modal keluar antara pertengahan Oktober dan pertengahan November 2024, menyebabkan depresiasi rpiah sebesar 1,38 persen (month to month), melemah dari Rp15.555 per dolar AS pada pertengahan Oktober menjadi Rp15.770 per dolar AS pada pertengahan November.
"Secara year to date (ytd) rupiah menunjukkan kinerja moderat dibandingkan dengan mata uang negara lain, menunjukkan ketahanan yang relatif lebih kuat dibandingkan dengan Rubel Rusia, Lira Turki, Real Brasil, dan Peso Argentina, yang seluruhnya mengalami depresiasi dua digit," tuturnya.
3. Sepanjang tahun ini rupiah depresiasi 3,26 persen

Dalam catatnnya, per 15 November 2024, rupiah terdepresiasi sebesar 3,26 persen (ytd). Terlepas dari serangkaian arus modal keluar, cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2024 mencapai 151,2 miliar dolar AS atau meningkat 1,3 miliar dolar AS dari angka September sebesar 149,9 miliar dolar AS.
"Pertumbuhan ini disebabkan oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Pada akhir Oktober, cadangan devisa setara dengan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan intemasional sekitar tiga bulan impor," ucapnya.