Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menhub Pertimbangkan Tutup Jembatan Timbang, Disebut Jadi Sarang Pungli

Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi saat memberikan keterangan terkait kelanjutan proyek kereta api Trans Sulawesi di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Rabu (19/3/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)
Intinya sih...
  • Teknologi Weigh in Motion (WIM) digunakan untuk menimbang kendaraan dan menutup celah pungli di jembatan timbang.
  • Jembatan timbang tidak efektif dalam menjaring truk-truk ODOL karena kebanyakan berada di jalan arteri, bukan di jalan tol.
  • Pungli membuat biaya logistik membengkak dan menjadi alasan banyak pelaku usaha logistik membuat angkutan barangnya jadi obesitas.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Perhubungan (Menhub), Dudy Purwagandhi, mempertimbangkan untuk menutup jembatan timbang, lantaran dianggap sebagai sarang pungutan liar alias pungli. Selain itu, jembatan timbang sudah tidak efektif dijadikan penyaring truk-truk obesitas alias over dimension over load (ODOL).

"Kalau kami dari Kementerian Perhubungan, saya sampaikan ke Pak Dirjen Darat, yang paling ekstrem apabila memang pungli itu dari kami memang ada, dan kita tidak menutup mata terhadap itu, ya jembatan timbang kita tutup," kata Dudy kepada awak media, dikutip Senin (18/8/2025).

1. Teknologi Weigh in Motion

Weigh In Motion (WIM)
Weigh In Motion (WIM). tnet4iot .com

Penutupan jembatan timbang bukanlah hal mustahil, mengingat saat ini Kemenhub sudah menggunakan teknologi Weigh in Motion (WIM) untuk menimbang kendaraan.

Dudy mengungkapkan, penggunaan WIM untuk menimbang kendaraan atau truk bisa ditempatkan di jalan-jalan tol lewat kerja sama dengan Jasa Marga. Kehadiran WIM juga menutup celah pungli yang selama ini selalu ada di jembatan timbang dan merugikan pelaku industri logistik.

"Dengan dilakukan Weigh In Motion, maka interaksi antara sopir dengan petugas menjadi tidak ada, sehingga kita menutup kemungkinan terjadinya pungli itu dari sisi pemeriksaan kendaraan, khususnya pemeriksaan berkaitan dengan berat kendaraan," tutur Dudy.

2. Alasan lain jembatan timbang tak lagi efektif jaring truk ODOL

Jembatan timbang berbasis teknologi IoT.
Jembatan timbang berbasis teknologi IoT. (Dok. Istimewa)

Selain karena pungli, jembatan timbang tidak lagi efektif dalam menjaring truk-truk ODOL, lantaran keberadaannya yang kebanyakan di jalan-jalan arteri. Lokasi tersebut jarang dilewati sopir truk yang saat ini lebih memilih melintas di jalan tol.

"Jembatan Timbang itu kan kebanyakan ada di jalan arteri. Sekarang truk-truk (ODOL) ini masuk tol soalnya. Kemudian juga kita tidak bisa mengoperasikan 24 jam. Jadi mereka kalau kita operasikan jam 8 pagi, terus istirahat truk itu bisa lewat, kemudian kalau sampai jam 5 sore gak ada lagi, ya sudah mereka seperti berpesta jadinya," papar Dudy.

3. Pungli bikin biaya logistik membengkak

Menko Bidang Infrastruktur, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)
Menko Bidang Infrastruktur, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (IDN Times/Eko Ardiyanto)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK), Agus Harimurti Yudhoyono menyebut pungli jadi biang kerok membengkaknya biaya logistik. Selain itu, pungli juga jadi alasan banyak pelaku usaha logistik membuat angkutan barangnya jadi obesitas, dengan alasan efisiensi biaya. Oleh karena itu, pria yang karib disapa AHY tersebut ingin agar pungli segera diberantas.

“Kita harus menghapus praktik pungli, sudah ada data bahwa satu truk bisa mengeluarkan Rp100 juta hingga Rp150 juta setiap tahun hanya untuk pungli. Kalau biaya perjalanan bisa efisien tanpa pungli maka tidak perlu lagi mengoperasikan kendaraan over dimension over load, tidak ada alasan lagi untuk melanggar, karena sistem kita sudah lebih adil dan efisien,” tutur AHY, Kamis, 17 Juli 2025.

AHY pun meminta seluruh kementerian atau lembaga terkait, termasuk aparat penegak hukum untuk memperkuat pengawasan hingga penegakkan hukum terhadap praktik pungli.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us