Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sam Altman: Meta Tawarkan Bonus Rp1,6 Triliun untuk Bajak Karyawan OpenAI

Meta (unsplash.com/Mariia Shalabaieva)
Meta (unsplash.com/Mariia Shalabaieva)
Intinya sih...
  • Persaingan ketat di industri AI antara Meta dan OpenAI.
  • Meta menawarkan bonus besar dan paket kompensasi tahunan yang mencapai Rp1,6 triliun kepada karyawan OpenAI.
  • Perburuan talenta menandakan pentingnya sumber daya manusia dalam pengembangan AI canggih.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Persaingan di industri kecerdasan buatan (AI) semakin ketat. CEO OpenAI, Sam Altman, mengungkapkan bahwa Meta Platforms Inc. menawarkan bonus penandatanganan kontrak hingga 100 juta dolar Amerika Serikat (AS) (Rp1,6 triliun) kepada karyawan OpenAI demi memperkuat tim AI mereka.

Dalam podcast Uncapped yang dipandu saudaranya, Jack Altman, pada Selasa (17/6/2025), Altman menyebut tawaran Meta sebagai langkah gila. Meski begitu, ia memastikan belum ada karyawan inti OpenAI yang menerima tawaran tersebut.

1. Persaingan ketat di industri AI

Meta di bawah Mark Zuckerberg tengah membangun tim “superintelijen” untuk menyaingi OpenAI dan Google DeepMind. Altman menyebut Meta tidak hanya menjanjikan bonus besar, tapi juga paket kompensasi tahunan yang melebihi 100 juta dolar AS (Rp1,6 triliun).

“Mereka mulai membuat tawaran besar kepada banyak orang di tim kami,” ujarnya, dikutip dari Bloomberg.

Laporan SignalFire State of Talent Report 2025 mencatat lonjakan permintaan tenaga ahli AI, dengan tingkat retensi karyawan OpenAI hanya 67 persen, tertinggal dari Anthropic yang mencapai 80 persen. Namun, Altman menegaskan bahwa uang bukan segalanya.

“Karyawan kami percaya OpenAI memiliki peluang lebih besar untuk mencapai kecerdasan buatan umum (AGI),” katanya, dilansir dari Benzinga.

2. Strategi Meta dan tantangannya

Meta baru saja mengakuisisi 49 persen saham Scale AI senilai 14,8 miliar dolar AS (Rp241,2 triliun) pada Kamis (12/6/2025), dan merekrut CEO-nya, Alexandr Wang, untuk memimpin unit superintelijen. Wang dinilai membawa pendekatan mirip Altman dalam mendorong inovasi.

Meski agresif memburu talenta, Meta belum berhasil membujuk nama-nama besar.

“Saya senang, sejauh ini, tidak ada orang terbaik kami yang tergiur,” ujar Altman, dikutip dari TechCrunch.

Ia menyebut Meta sempat mencoba merekrut peneliti utama OpenAI, Noam Brown, dan arsitek AI Google, Koray Kavukcuoglu, namun ditolak.

Altman mengkritik pendekatan Meta yang terlalu berfokus pada kompensasi tinggi.

“Itu bukan cara membangun budaya hebat,” ujarnya, dilansir Business Insider.

3. Dampak pada industri AI

Perburuan talenta ini menandakan pentingnya sumber daya manusia dalam pengembangan AI canggih. Dilansir Devdiscourse, persaingan merekrut ahli AI kini sebanding dengan perekrutan atlet profesional, menunjukkan nilai strategis individu di sektor teknologi.

Altman menegaskan bahwa budaya inovasi dan keyakinan terhadap misi AGI menjadi kunci retensi talenta.

“Kami telah membangun budaya di mana orang percaya pada misi kami,” ucapnya, dikutip dari Business Standard. Ia menambahkan bahwa keberhasilan OpenAI akan memberi keuntungan besar bagi timnya.

Sementara itu, laporan Reuters menyebut Meta masih tertinggal dari OpenAI dan Anthropic, meski sudah menawarkan kompensasi tujuh hingga sembilan digit kepada peneliti AI dan terus berinvestasi besar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us