Novo Nordisk Ganti CEO di Tengah Persaingan Obat Penurun Berat Badan

- Novo Nordisk ganti CEO karena tekanan pasar dan penurunan performa perusahaan di industri obat-obatan.
- Harga saham turun drastis sejak 2024 akibat persaingan ketat, kehilangan pangsa pasar AS kepada Eli Lilly, dan hasil uji klinis yang kurang memuaskan.
Jakarta, IDN Times - Novo Nordisk mengganti CEO Lars Fruergaard Jorgensen pada Jumat (16/5/2025), menyusul tekanan pasar dan menurunnya performa perusahaan di industri obat obesitas. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak karena budaya perusahaan selama ini dikenal stabil dan jarang mengganti pemimpin secara tiba-tiba.
Selama masa jabatannya sejak 2017, Jorgensen membawa Novo Nordisk menjadi pemimpin global dalam pengobatan diabetes dan penurunan berat badan melalui semaglutide. Namun, perusahaan mulai kehilangan posisi dominan akibat persaingan ketat, terutama dari Eli Lilly.
Sejak pertengahan 2024, harga saham Novo Nordisk turun drastis, menghapus lebih dari 300 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (Rp4,9 kuadriliun) nilai pasar. Jorgensen akan tetap menjabat sementara hingga pengganti ditunjuk, untuk memastikan transisi berjalan lancar.
1. Persaingan ketat di pasar obat obesitas

Pertumbuhan pasar obat penurun berat badan sangat pesat, dengan proyeksi dampak ekonomi global obesitas mencapai 4 triliun dolar AS (Rp65,9 kuadriliun) pada 2035 menurut World Obesity Federation. Namun, Novo Nordisk kini berada di bawah tekanan setelah kehilangan pangsa pasar AS kepada Eli Lilly.
“Perusahaan membutuhkan pemimpin yang lebih memahami dinamika pasar AS karena mereka belum bersaing sebaik Lilly,” kata Emily Field, analis dari Barclays.
Penjualan Zepbound dari Eli Lilly telah melampaui Wegovy sejak Maret 2025, dan kesenjangan itu terus melebar.
Novo Nordisk juga memangkas proyeksi pendapatan tahun ini akibat tekanan harga dan kehadiran obat tiruan di pasar AS. Selain itu, hasil uji klinis CagriSema yang kurang memuaskan memperlemah posisi perusahaan dalam menghadapi kompetitor utama, dikutip ABC News.
2. Dampak saham dan peran strategis yayasan

Penurunan nilai saham sebesar 54 persen sejak Juni 2024 membuat kepercayaan investor goyah dan memicu langkah tegas dari pemegang saham utama. Pada Jumat (16/5), saham perusahaan turun 5 persen di Kopenhagen dan 3 persen di AS.
“Keputusan ini mencerminkan tindakan tegas dari yayasan untuk memposisikan Novo Nordisk secara optimal di pasar GLP-1 selama dekade mendatang,” ujar Danish Shareholders Association.
Novo Nordisk Foundation, yang memegang 77 persen hak suara, mempercepat proses suksesi sejak awal Mei. Langkah ini juga membuka jalan bagi Lars Rebien Sørensen, mantan CEO dan ketua yayasan, untuk kembali terlibat aktif dengan bergabung sebagai pengamat dewan dan rencana pencalonan resmi pada 2026.
3. Pencarian pemimpin baru dan arah strategi

Pencarian CEO baru kini menjadi prioritas utama, dan banyak analis menyarankan kandidat dari luar Denmark untuk pertama kalinya dalam sejarah perusahaan. Hal ini dinilai penting untuk memperkuat posisi di pasar AS yang sangat kompetitif.
“Ini bukan hanya soal pengganti, tapi tentang memilih pemimpin yang bisa menavigasi pasar global dengan lebih gesit,” kata Mikael Bak, CEO Danish Shareholders’ Association.
Perusahaan selama ini hanya dipimpin oleh warga Denmark sejak didirikan 102 tahun lalu. Meski kepemimpinan berganti, dewan direksi menyatakan strategi jangka panjang tetap sama.
Fokus utama tetap pada ekspansi produksi, termasuk akuisisi fasilitas Catalent, untuk mengatasi kendala pasokan Wegovy dan mempercepat distribusi global.