Pasar Sambut Meredanya Perang Tarif Amerika Serikat-China

- Pasar keuangan merespons positif terhadap kesepakatan tarif dagang AS-China
- Ketegangan dagang sebelumnya menyebabkan inflasi global dan dampak negatif pada sektor strategis
- Indonesia dapat memanfaatkan penurunan ketegangan dagang untuk memperluas pasar ekspor dan memperkuat posisi tawar dalam rantai pasok global
Jakarta, IDN Times- Ekonom Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, menilai pasar keuangan merespons positif meredanya ketegangan tarif dagang antara Amerika Serikat dan China, setelah tercapainya kesepakatan untuk menurunkan tarif secara timbal balik dalam kurun waktu 90 hari ke depan.
"Reaksi pasar terhadap pengumuman ini sangat positif. Bursa saham Eropa langsung menguat, dengan indeks STOXX 600 naik 1,1 persen, sementara DAX Jerman mencatat rekor tertinggi baru," kata Syafruddin dalam keterangan tertulis, Selasa (13/5/2025).
1. Investor optimistis terhadap prospek ekonomi global setelah ketegangan antara AS dan China mereda.

Selain itu, investor memaknai kesepakatan ini sebagai awal dari berakhirnya era proteksionisme yang selama ini menekan pertumbuhan global dan menciptakan ketidakpastian jangka panjang. Sebelum kesepakatan dicapai, ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China telah menyebabkan tarif impor AS terhadap produk China melonjak hingga 145 persen.
"Sebagai balasan, China memberlakukan tarif hingga 125 persen terhadap produk asal AS. Dampak dari kebijakan saling balas ini meluas ke berbagai sektor strategis, mulai dari teknologi, manufaktur, hingga logistik, serta turut mendorong kenaikan inflasi global," ujar Syafruddin.
2. Indonesia dapat manfaat langsung dari meredanya ketegangan AS-China

Di tengah dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian, Syafruddin menilai kesepakatan ini menjadi angin segar bagi stabilitas pasar dan pemulihan ekonomi.
Indonesia, sebagai bagian dari rantai pasok regional dan mitra dagang strategis bagi kedua negara, diperkirakan akan merasakan langsung dampak positif dari kesepakatan tersebut.
"Stabilisasi harga komoditas dan peningkatan volume perdagangan internasional menjadi dua manfaat utama yang diantisipasi dalam waktu dekat," katanya.
3. Perluasan pasar ekspor

Tak hanya itu, meredanya ketegangan geopolitik antara dua kekuatan ekonomi dunia juga membuka ruang lebih luas bagi arus investasi asing masuk ke kawasan Asia Tenggara.
Kepercayaan pelaku usaha global terhadap prospek pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang diperkirakan akan membaik, mendorong peningkatan aktivitas bisnis dan ekspansi industri.
"Indonesia perlu memanfaatkan peluang dari penurunan ketegangan dagang ini untuk memperluas pasar ekspor, dan memperkuat posisi tawar dalam rantai pasok global," ujarnya.
Meredanya tekanan harga akibat gangguan pasokan dan tarif perdagangan membuka peluang baru bagi dunia usaha Indonesia, untuk menembus pasar internasional dengan lebih kompetitif, terutama bagi pelaku industri.
"Sektor manufaktur menjadi salah satu yang paling diuntungkan. Dengan pelonggaran hambatan dagang antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China, peluang ekspor produk Indonesia ke kedua negara semakin terbuka," tegasnya.
Terlebih, baik AS maupun China saat ini diperkirakan tengah mencari mitra dagang baru untuk menggantikan produk yang sebelumnya terdampak tarif tinggi selama masa ketegangan dagang.