Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pasokan Produk UMKM RI Masih Kalah dari Malaysia

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki (dok. Youtube KemenkopUKM)

Jakarta, IDN Times - Kontribusi produk UMKM Indonesia di rantai pasok global masih rendah alias kalah jika dibandingkan Malaysia hingga Filipina.

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan rasio produk UMKM Indonesia di rantai pasok global hanya 14 persen. Sedangkan, Malaysia sudah mencapai 46,2 persen, Thailand 29,6 persen, Vietnam 20,1 persen, dan Filipina 21,4 persen.

"Ini data dari WTO (World Trade Organization)," kata Teten dalam konferensi pers virtual Penandatanganan Nota Kesepahaman Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian BUMN, Jumat (3/9/2021).

1. Kontribusi produk UMKM terhadap ekspor juga masih rendah

Ilustrasi Ekspor (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain itu, Teten mengatakan kontribusi produk UMKM terhadap kinerja ekspor juga kalah jauh dibandingkan dengan China dan Jepang. "Dan kontribusi ekspor kita, UMKM itu masih rendah, masih 14 persen. Jauh dibandingkan dengan China 70 persen, Jepang 54 persen," ucap Teten.

2. Peran UMKM harus didorong dalam rantai pasok nasional dan global

Ilustrasi neraca perdagangan. (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut Teten, untuk mendongkrak kontribusi UMKM dalam rantai pasok global harus dimulai dari rantai pasok nasional terlebih dahulu. Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan Kemenperin dan Kementerian BUMN agar UMKM bisa menjadi bagian dari rantai pasok nasional, yakni dengan memasok produknya baik barang atau jasa dalam rantai pasok BUMN.

"Ini artinya UMKM perlu segera menjadi bagian dari rantai pasok industri nasional dan industri global. Dan saya kira memulai dengan BUMN ini sudah sangat tepat," tutur dia.

3. Produk UMKM yang berpotensi masuk dalam rantai pasok nasional

Ilustrasi UMKM. (IDN Times/Aditya Pratama)

Teten mengatakan saat ini banyak produk UMKM yang berpotensi untuk masuk dalam rantai pasok industri nasional. Adapun produk-produknya antara lain kesehatan, alat-alat pertanian, makanan dan minuman, mebel (furniture), dan sebagainya.

Menurut Teten, produk-produk di atas yang berasal dari UMKM perlu diberikan kesempatan untuk masuk ke dalam rantai pasok global. Menurutnya, hal itu juga bisa mengubah pandangan bahwa UMKM tak hanya menjual makanan ringan seperti keripik saja.

"Kalau kita lihat UMKM di China, Jepang, Korea Selatan, mereka sudah mulai masuk dengan produk-produk yang berbasis kreativitas dan inovasi teknologi. Sehingga UMKM-nya bagian daripada rantai pasok industri nasional dan global, karena itu signifikan dengan ekspornya," ujar Teten.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us