Peluang di Balik Hilirisasi Ubi Kayu, Cuan Ratusan Kali Lipat!

Salah satu komoditas pangan dengan nilai ekspor tinggi di Indonesia adalah ubi kayu atau singkong. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor ubi kayu meningkat secara signifikan pada tahun 2021, yang awalnya hanya cuan 9,73 juta dolar Amerika Serikat (AS) melonjak hingga 42,52 juta dolar AS. Nah, coba bayangkan, keuntungan per tahun dari ekspor ubi kayu ini menggiurkan banget, kan?

Hal ini selaras dengan data dari The Observatory of Economic Complexity, Indonesia jadi negara pengekspor ubi kayu terbesar ke-14 di dunia pada tahun 2021. Dari ekspor ubi kayu ini, Indonesia mendapat cuan 4,67 juta dolar AS dari Thailand, 4,28 juta AS dari Jepang, 3,46 dolar AS dari Malaysia, 2,19 juta AS dari China, dan 2,16 juta AS dari Singapura.

Cuan tersebut diperkirakan bakal terus meningkat setiap tahunnya mengingat produksi ubi kayu di Indonesia mengalami lonjakan yang signifikan. Sebagaimana yang dilansir laman Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, sebesar 6.719.088 ton ubi kayu berhasil diproduksi Provinsi Lampung pada triwulan ke-2 tahun 2023.

Eits, jangan berpuas hati dulu. Cuan dari ekspor singkong ini bisa dilipatgandakan hingga ratusan kali dengan hilirisasi, lho. Peluang keuntungan dari ekspor produk hilirisasi ubi kayu ternyata lebih cerah dan menggiurkan. Salah satu produk hilirisasi singkong yang berpotensi cuan miliaran juta dolar AS adalah tepung tapioka. Kira-kira, berapa ya nilainya?

Secara sederhana, hilirisasi adalah proses mengubah barang mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Seperti yang udah dibahas pada poin sebelumnya, tepung tapioka adalah contoh produk hilirisasi dari ubi kayu. Sebagai negara dengan produksi ubi kayu terbesar ke-3 di dunia, Indonesia jelas harus memanfaatkan peluang cuan dari hilirisasi ubi kayu untuk mewujudkan Keberlanjutan Transformasi Ekonomi.

Peluang cuan ratusan kali lipat dari hilirisasi produk pangan ubi kayu ini udah jelas di depan mata, lho. Menurut data dari Tridge, nilai ekspor tepung tapioka Indonesia dari tahun 2014 - 2021 mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pada tahun 2021, volume ekspor tepung tapioka di Indonesia mencapai angka 287,6 juta ton. Cuan yang didapat dari angka tersebut yakni 122 juta dolar AS.

Apabila dibandingkan dengan keuntungan dari ekspor singkong mentah, dilansir laman salah satu perusahaan tepung tapioka Indonesia, Mahkota Dollar, cuan dari ekspor tepung tapioka bernilai hingga ratusan kali lipat. Contohnya, pada tahun 2020, keuntungan yang didapat dari ekspor tepung tapioka ke China yakni menembus angka 1,36 miliar dolar AS, diikuti oleh Vietnam dengan keuntungan 557,39 juta dolar AS. Untuk lebih mudahnya, coba bandingkan lagi angka keuntungan yang didapat dari ekspor singkong mentah pada pembahasan sebelumnya, berlipat banget, kan?

Setelah menyimak pembahasan di atas, kamu jadi paham bukan kalau kunci utama dari berlipatnya cuan hingga ratusan kali adalah hilirisasi. Sebagaimana yang terus digaungkan oleh #KementerianInvestasi/BKPM, hilirisasi adalah upaya cemerlang untuk meningkatkan perekonomian nasional. Dengan #HilirisasiUntukNegeri, manfaat dari hilirisasi bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, mulai dari petani, buruh, pelaku UMKM, dan perusahaan-perusahaan swasta. 

Kabar baiknya, pemerintah melalui Kementerian Investasi/BKPM sedang mendorong hilirisasi dari 21 komoditas, mulai dari industri pertambangan, pertanian, hingga kelautan. Tujuan utama dari hilirisasi ini yakni untuk mewujudkan Indonesia emas pada 20 tahun mendatang.

Dengan hilirisasi, pemerintah berharap Indonesia bisa menjadi negara dengan pendapatan tinggi. Maka dari itu, sebagai generasi muda, khususnya milenial dan gen z, kita harus berpartisipasi secara utuh dalam proyek hilirisasi ini.