Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pembangkit Nuklir Baru Bakal Dibangun di New York, Picu Pro-Kontra

ilustrasi pabrik nuklir (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi pabrik nuklir (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Hochul dorong kemandirian energi New York untuk mendukung elektrifikasi ekonomi, menarik investor besar, dan menciptakan lapangan kerja bergaji tinggi.
  • Aktivis lingkungan dan energi terbarukan tolak rencana nuklir karena dinilai lebih baik fokus pada energi surya dan angin.
  • Risiko, biaya, dan tantangan pembangunan pembangkit baru di New York memerlukan peningkatan kapasitas dalam 10 tahun ke depan untuk menghindari pemadaman listrik bergilir.

Jakarta, IDN Times – New York bakal membangun pembangkit listrik tenaga nuklir besar pertama di Amerika Serikat (AS) dalam lebih dari 15 tahun. Gubernur New York, Kathy Hochul, mengatakan pada Senin (23/6/2025) fasilitas tanpa emisi canggih itu akan dibangun di wilayah utara New York, dengan kapasitas 1 gigawatt atau cukup untuk memasok listrik bagi satu juta rumah.

Dilansir dari New York Post, Hochul telah memerintahkan Otoritas Daya New York (NYPA) untuk mengembangkan proyek ini guna menjaga keandalan jaringan listrik, menekan biaya energi, dan mendukung kemandirian energi negara bagian. Proyek ini akan melengkapi pengembangan energi terbarukan demi mencapai target Undang-Undang Kepemimpinan Iklim dan Perlindungan Komunitas, yang mewajibkan 70 persen energi dari sumber terbarukan pada 2030 dan emisi karbon nol bersih pada 2040.

1. Hochul dorong kemandirian energi New York

Hochul menekankan pentingnya pasokan energi melimpah untuk mendukung elektrifikasi ekonomi, menarik investor besar yang menciptakan lapangan kerja bergaji tinggi, dan mengamankan rantai pasok energi. Ia juga ingin menjadikan wilayah utara New York sebagai pusat teknologi baru, memanfaatkan geografi, ketersediaan air, serta kedekatan dengan IBM dan pusat riset universitas.

Kebijakan ini menandai perubahan strategi energi negara bagian. Hochul mengakui New York mungkin melewatkan tenggat target iklim beberapa tahun, tetapi tujuan tersebut tetap prioritas. Penutupan pembangkit nuklir Indian Point pada 2021, yang memasok seperempat listrik untuk New York City dan Westchester, menjadi pelajaran. Keputusan itu dinilai tidak visioner karena meningkatkan ketergantungan pada bahan bakar fosil dan emisi gas rumah kaca di wilayah selatan New York akibat ketiadaan pengganti.

2. Aktivis lingkungan dan energi terbarukan tolak rencana nuklir

ilustrasi demokrasi di Amerika Serikat (pexels.com/Mikhail Nilov)

Sejumlah kelompok energi terbarukan menolak pembangunan pembangkit nuklir baru, karena dinilai lebih baik NYPA fokus menggenjot kapasitas energi surya dan angin. Koalisi Public Power NY menuduh Hochul terpengaruh janji-janji dari Presiden AS Donald Trump dan mengabaikan mandat NYPA untuk mengembangkan 15 gigawatt energi terbarukan.

Dilansir dari The Guardian, Kelompok lingkungan Food and Water Watch menyebut rencana ini sembrono, menilai tenaga nuklir berbahaya, kotor, dan mahal. Mereka khawatir proyek ini akan menunda kemajuan energi terbarukan sekaligus membebani tagihan listrik masyarakat.

Peringatan juga datang terkait kebijakan Trump yang mendorong nuklir, karena dianggap bisa melonggarkan standar keselamatan dan kesehatan publik. Terlebih, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) baru-baru ini berencana mencabut aturan iklim utama yang seharusnya menghapus emisi gas rumah kaca dari pembangkit mulai 2030-an.

3. Risiko, biaya, dan tantangan pembangunan pembangkit baru

ilustrasi dolar (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi dolar (pexels.com/Pixabay)

Hochul memperingatkan, tanpa peningkatan kapasitas pembangkit dalam 10 tahun ke depan, New York bisa mengalami pemadaman bergilir saat fasilitas bahan bakar fosil ditutup. NYPA akan menyeleksi lokasi pembangunan berdasarkan aspek keselamatan publik, infrastruktur yang ada, ketersediaan lahan, dan potensi kemitraan dengan pihak swasta.

John Howard, mantan Ketua Komisi Pelayanan Publik New York, menilai pengumuman ini menunjukkan kebijakan energi negara bagian tidak berjalan efektif. Ia memperkirakan proyek ini memakan waktu satu dekade dan biayanya sangat besar, meski Hochul berjanji tarif listrik tidak akan melonjak.

Sementara itu, Gavin Donohue, Presiden dan CEO Independent Power Producers of New York, mendukung pengembangan energi nuklir, namun mengingatkan bahwa proyek ini membutuhkan investasi swasta dan dukungan dana federal mengingat biaya konstruksi yang sangat tinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us