Pendapatan Adhi Karya Anjlok di Semester I-2024, Ini Penyebabnya!

- PT Adhi Karya mencatat pendapatan Rp5,7 triliun hingga semester I-2024, turun 12,3 persen dari tahun sebelumnya.
- Perusahaan optimistis bisa mengoptimalkan pendapatan dari proyek semester II-2024 setelah menyelesaikan megaproyek LRT Jabodebek.
Jakarta, IDN Times - PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) membukukan pendapatan sebesar Rp5,7 triliun sampai semester I-2024. Realisasi ini turun 12,3 persen dibandingkan semester I-2023 yang mencapai Rp6,4 triliun.
Direktur Keuangan Adhi Karya, Bani Iqbal mengatakan, pendapatan menurun karena Adhi pada tahun lalu menyelesaikan megaproyek LRT Jabodebek.
“Ini memang turun dibandingkan tahun sebelumnya karena memang kita punya megaproyek, yaitu LRT di tahun 2023 yang sudah diselesaikan,” kata Iqbal dalam Public Expose Live, Rabu (28/8/2024).
1. Penurunan pendapatan dinilai wajar

Menurut perusahaan, penurunan tersebut relatif wajar. Sebab, pada tahun ini, perusahaan masih bisa mengoptimalkan pendapatan dari proyek untuk semester II-2024.
“Sementara penurunan ini relatif wajar karena kita punya beberapa proyek yang akan kita akselerasi di semester II. Namun di samping itu, kita mampu mengelola biaya dengan baik,” ujar Iqbal.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Human Capital dan Legal Adhi Karya, Ki Syahgolang Permata mengatakan, pihaknya hingga Juli 2024, telah memperoleh kontrak baru sebesar Rp12 triliun.
Perolehan kontrak baru di Juli 2024 didapat dari pekerjaan proyek gedung sebesar 50 persen, Sumber Daya Air (SDA) sebesar 29 persen, proyek jalan dan jembatan sebesar 9 persen. Sedangkan sisanya diperoleh dari proyek properti dan manufaktur.
Sampai dengan Juli 2024, Adhi Karya memperoleh beberapa kontrak besar, antara lain sarana dan prasarana tambak udang Sumbawa KKP RI, istana wakil presiden, EPCC jetty & propylene storage tank, serta jembatan Pulau Balang Bentang Pendek Fase II.
“Sehingga dengan total carry over kita di Rp74 triliun, sekitar Rp86 triliun order book kita. Dengan total order book Rp86 triliun, dan burning rate kita asumsikan 30-50 persen, maka order book bisa menghidupi Adhi Karya sepanjang 3 tahun ke depan, belum termasuk perolehan kontrak baru di semester II, dan tahun depan lagi,” tutur Syahgolang.
2. Aset Adhi Karya turun

Kembali ke Iqbal, dia mengatakan pada semester I-2024, aset perusahaan mencapai Rp36,2 triliun. Angka itu turun 7,7 persen dibandingkan posisi aset pada 2023.
Iqbal mengatakan, penurunan aset disebabkan pihaknya sudah melakukan pengembalian aset-aset LRT Jabodebek karena pembayaran proyek sudah selesai.
“Terkait proyek LRT yang sudah dibayar di kuartal I-2024, maka kondisi aset kita menurun dari Rp39 triliun ke Rp36 triliun atau turun Rp3 triliun. Ini pembayaran dari aset-aset LRT dan proyek eksisting lainnya,” ucap Iqbal.
3. Laba Adhi Karya tumbuh 11 persen

Dari sisi laba kotor, Adhi Karya mencetak laba kotor Rp521,7 miliar. Dari sisi bottom line, perseroan mencetak laba selama semester I-2024 sebesar Rp13,8 miliar atau naik sebesar 11 persen dari laba bersih periode yang sama 2023 sebesar Rp12,4 miliar.
Kenaikan laba tersebut dikontribusi oleh proyek, seperti jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo, jalan Tol Yogyakarta-Bawen, dan pembangunan Rumah Susun Polri dan BIN IKN-Penajam Paser.
“Dan juga ada pendapatan JO yang improve, dan membantu pendapatan Adhi, sehingga laba bersih kita bisa tumbuh Rp11 persen dari Rp12,4 miliar ke Rp13,8 miliar. Harapannya ke depan bisa kita kelola positif sesuai target yang ditetapkan,” ucap Iqbal.