Warren Buffett Sebut Kebijakan Tarif Trump Kesalahan Besar

Jakarta, IDN Times – Investor kawakan sekaligus CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett, mengkritik kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan kesalahan besar.
"Menurut saya, itu adalah kesalahan besar ketika ada 7,5 miliar orang yang tidak menyukai Anda, sementara hanya 300 juta orang yang bersorak atas apa yang telah mereka lakukan," ujar Buffett dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Berkshire Hathaway, dikutip dari Nikkei Asia, Minggu (4/5/2025).
Buffett juga memperingatkan adanya konsekuensi global yang mengerikan dari kebijakan tarif tersebut. Ia menegaskan bahwa perdagangan tidak seharusnya dijadikan alat pemicu konflik berskala besar.
1. Perdagangan seharusnya menjadi alat perdamaian

Buffett menilai bahwa perdagangan yang adil dan seimbang antarnegara dapat menjadi kunci terciptanya hubungan internasional yang damai. Dunia, menurutnya, akan jauh lebih aman jika lebih banyak negara berada dalam kondisi makmur.
"Kita harus berupaya untuk berdagang dengan negara lain di dunia. Kita harus melakukan yang terbaik bagi kita, dan mereka juga melakukan yang terbaik bagi mereka," katanya.
Buffett menambahkan bahwa meski AS telah melalui berbagai perubahan revolusioner sejak didirikan, hal itu tidak mengubah optimismenya terhadap negara tersebut.
"Jika saya dilahirkan hari ini, saya akan terus bernegosiasi di dalam rahim sampai mereka berkata, 'Kamu bisa berada di AS'," ujarnya.
2. Buffett bakal pensiun di akhir tahun ini

Pernyataan Buffett disampaikan bersamaan dengan pengumuman rencananya untuk pensiun pada akhir tahun. Kepada para pemegang saham, ia telah merekomendasikan Greg Abel sebagai penggantinya.
"Saya pikir waktunya telah tiba bagi Greg untuk menjadi Kepala Eksekutif perusahaan pada akhir tahun," kata Buffett.
3. Perang dagang tak menemukan titik akhir

Ketegangan perdagangan antara AS dan China terus berlanjut. Saat ini, AS menjatuhkan tarif sebesar 145 persen terhadap barang-barang asal China.
Namun, China tampaknya tidak terlalu mempersoalkan kebijakan itu, bahkan membalas dengan tarif serupa sebesar 125 persen. Laura Bicker, koresponden BBC di China, menilai bahwa respons masyarakat terhadap kebijakan Trump cenderung santai.
"Jika Anda menyebut nama Donald Trump di lorong-lorong pasar grosir dan pameran dagang di China, Anda akan mendengar tawa kecil. Presiden AS dan tarifnya sebesar 145 persen tidak menimbulkan rasa takut pada banyak pedagang China," tulisnya dalam laporan BBC.
Menurut Bicker, fokus pemerintah China kini lebih tertuju pada masalah domestik, terutama di sektor perumahan rakyat. Harga rumah disebut terus anjlok dalam lima tahun terakhir.
Sementara itu, Trump mulai berupaya membuka dialog dengan Beijing. Sejumlah pejabat AS, termasuk Menteri Keuangan Scott Bessent dan penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett, berharap ada kemajuan untuk meredakan ketegangan perdagangan.
"AS telah secara proaktif menghubungi China melalui berbagai saluran, dengan harapan dapat mengadakan diskusi mengenai masalah tarif," tulis Yuyuan Tantian dalam The Guardian.