Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Poin SDGs yang Dapat Terwujud dengan Hilirisasi SDA

17 poin Sustainable Development Goals (SDGs)/ Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (freepik.com/ freepik)

Tahukah kamu bahwa kemiskinan, ketimpangan sosial, pendidikan yang tidak merata, krisis pangan, dan isu perubahan iklim merupakan tantangan yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia? Nah, karena persamaan masalah ini lah PBB memprakarsai 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs).

Sederhananya, 17 poin SDGs ini adalah target bersama yang harus dicapai negara-negara anggota PBB demi mencapai keberlanjutan pembangunan. Nah, beberapa poin SDGs ini dapat terwujud melalui hilirisasi sumber daya alam (SDA), loh. Simak bagaimana hilirisasi SDA bisa mendorong terwujudnya 6 dari 17 poin SDGs berikut ini!

1. SDG 1: Pengentasan Kemiskinan

ilustrasi komunitas sejahtera tanpa kemiskinan (freepik.com/ freepik)

Hilirisasi SDA adalah strategi ekonomi yang lebih berfokus pada mengolah bahan mentah menjadi produk jadi yang bernilai lebih tinggi. Contoh populernya adalah, Indonesia yang awalnya hanya fokus mengekstraksi bijih nikel, kini Indonesia juga turut mengolah bijih nikel tersebut menjadi feronikel dan Nickel Pig Iron (NPI) yang memiliki nilai tambah.

Nah, karena sekarang kita juga mengolah bijih nikel, otomatis peluang kerja menjadi bertambah. Kenapa? Kini, banyak dibangun smelter (fasilitas pengolahan hasil tambang) untuk pengolahan nikel. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), 37 proyek smelter telah beroperasi di Indonesia per Agustus 2023.

Bayangin aja guys, konstruksi smelter pasti butuh pekerja konstruksi dan maintenance 'kan? Belum lagi tenaga terampil yang dibutuhkan untuk mengelola smelter tersebut. Ini baru satu contoh, guys!  Bayangkan kalau lebih banyak SDA yang dihilirisasi, pastinya SDG poin 1 untuk mengentas kemiskinan akan cepat terwujud karena hilirisasi SDA membuka banyak peluang kerja baru.

2. SDG 2: Pengentasan Kelaparan

ilustrasi wirausaha pangan lokal (freepik.com/ pvproductions)

Pengentasan kelaparan dalam SDG poin 2, dilakukan dengan mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan keberlanjutan pertanian. Nah, hilirisasi pertanian dan sektor pangan adalah salah satu instrumen yang dapat mendorong terwujudnya SDG poin 2 ini.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Lampung Irfan Farulian mengatakan hilirisasi pertanian dinilai dapat menjaga ketahanan pangan dan menambah sumbangan terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga mengungkapkan, bahwa ke depannya hilirisasi sektor pangan akan lebih menunjang pendapatan negara dibandingkan hilirisasi sektor tambang dan mineral.

Hilirisasi membuat para petani, peternak, dan pekebun untuk tidak berhenti dan berfokus dengan produk primer saja, dan mendorong mereka untuk dapat menghasilkan produk jadi yang mempunyai nilai tambah yang bermutu dan berdaya saing. Contohnya, mengolah telur menjadi tepung telur sendiri, agar kita bisa lepas dari ketergantungan tepung telur impor.

3. SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi

ilustrasi tenaga kerja berkualitas akibat hilirisasi industri (freepik.com/ Lifestylememory)

Menurut #KementerianInvestasi/BKPM, hilirisasi komoditas nikel berdampak langsung terhadap pendapatan negara. Sebelum hilirisasi, nilai ekspor nikel pada tahun 2017-2018 hanya US$ 3,3 miliar. Setelah hilirisasi, nilai ekspor nikel meningkat jadi US$ 20,9 miliar pada tahun 2021, dan meningkat lagi menjadi US$ 30 miliar pada 2022.

Hal ini dikarenakan, kita tidak lagi mengekspor bijih nikel, tetapi produk turunannya berupa feronikel dan Nickel Pig Iron (NPI). Awalnya, kita hanya fokus mengekstraksi hasil tambang saja. Sekarang, kita sudah fokus untuk mengolah hasil tambang tersebut. 

Untuk dapat mengolah bijih nikel di fasilitas smelter, dibutuhkan keterampilan yang lebih tinggi daripada perkerjaan ekstraksi biasa, bukan? Dengan demikian, hilirisasi ini menghasilkan peluang kerja yang lebih berkualitas, dengan upah yang lebih baik, jaminan kerja yang kuat, serta peluang karier yang lebih besar yang selaras dengan SDG poin 8.

4. SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur

ilustrasi infrastruktur pendukung hilirisasi (freepik.com/ wirestock)

SDG poin 9 bertujuan untuk membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi. Nah seperti yang kita ketahui bersama, hilirisasi membutuhkan fasilitas produksi, pengolahan, dan distribusi yang lebih efisien.

Hal ini mendorong peningkatan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, bandara, dan fasilitas energi. Infrastruktur yang diperbarui meningkatkan koneksi antar daerah, sehingga membuat pergerakan barang dan orang menjadi lebih lancar.

Selain itu, hilirisasi juga mendorong banyak inovasi. Apa saja contohnya? Nah, karena sekarang kita juga fokus mengolah nikel, otomatis banyak tantangan baru yang kita hadapi, seperti isu lingkungan akibat pembuangan limbah pengolahan nikel.

Hal ini memicu hadirnya inovasi teknologi Hidrometalurgi yang mampu mengekstraksi nikel dan kobalt dari lapisan limonit hingga saprolit secara efektif dan efisien dengan biaya investasi yang terjangkau tanpa dampak negatif terhadap lingkungan. Inovasi ini diprakarsai oleh Hydrotech Metal Indonesia.

5. SDG 12: Produksi dan Konsumsi yang Berkelanjutan

ilustrasi tanaman sawit (freepik.com/ wirestock)

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menyatakan, beberapa keuntungan yang telah didapatkan dari program hilirisasi kelapa sawit, antara lain optimalisasi penyerapan hasil produksi petani rakyat (smallholder), penyediaan bahan pangan, non pangan, dan bahan bakar terbarukan (biofuel). 

Hilirisasi melibatkan pengolahan SDA menjadi produk jadi yang lebih bernilai. Dalam proses ini, SDA dimanfaatkan dengan lebih efisien karena lebih banyak nilai yang diambil darinya sebelum dijual atau digunakan. Misalnya, kini kelapa sawit tidak hanya fokus diolah menjadi minyak saja, tetapi juga untuk biofuel dan bahan pangan.

Hilirisasi sawit ini bahkan membuat tanaman sawit yang sudah tidak bisa memproduksi minyak, tetap memiliki manfaat. Contohnya, batang sawit yang menghasilkan nira sawit, diolah menjadi gula merah yang memiliki nilai ekonomi. Ini lah yang dimaksud dengan produksi dan konsumsi yang berkelanjutan, di mana SDA dimanfaatkan seluruhnya secara efisien tanpa meninggalkan jejak limbah. 

6. SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan

ilustrasi kemitraan global (freepik.com/ creativeart)

Hilirisasi SDA harus melibatkan kemitraan/ kerja sama antara sektor swasta, pemerintah, dan organisasi masyarakat. Kemitraan ini dapat mencakup pembiayaan proyek, pertukaran pengetahuan, teknologi, dan sumber daya lainnya yang mendukung transformasi ekonomi yang berkelanjutan.

Sebagai contoh, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, mengungkapkan bahwa harus ada kolaborasi dari berbagai pihak untuk dukung hilirisasi perkebunan, korporasi besar harus membantu perkebunan masyarakat secara finansial. Begitu pula perkebunan rakyat yang harus mendukung melalui penyediaan bahan baku dengan baik, yang bermutu dan berdaya saing.

Contoh skenario kemitraan: Pemerintah memberikan izin dan dukungan regulasi yang diperlukan untuk proyek-proyek hilirisasi. Sektor swasta memberikan keterampilan operasional dan manajemen yang dibutuhkan untuk menjalankan proyek tersebut. Organisasi masyarakat memberikan pemantauan dan pemahaman tentang dampak lingkungan dan sosial dari proyek tersebut.

FYI, 17 SDGs ditargetkan untuk tercapai pada tahun 2030. Berbekal pengetahuan tentang peran #HilirisasiUntukNegeri, semoga kita semua, khususnya anak muda, mampu mengambil peran dalam perwujudan SDGs dan transformasi ekonomi dalam negeri. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us