Profil Rizal Ramli, Ekonom Cemerlang Tutup Usia di Umur 69

Jakarta, IDN Times - Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sekaligus ekonom senior, Rizal Ramli, tutup usia pada Selasa (2/1/2024) pukul 19.30 WIB. Rizal meninggal di usia 69 tahun.
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, Rizal Ramli adalah ekonom yang cemerlang sekaligus aktivis yang gigih. Chatib juga mengenang kritik Rizal yang pedas, tapi untuk kenaikan Indonesia.
“Saat saya di pemerintahan kritiknya bukan main pedasnya. Tapi saya tahu itu dibutuhkan untuk Indonesia yang lebih baik. Selamat jalan Bang Rizal. Kehilangan besar untuk Indonesia,” kata Chatib.
Menurut Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, Rizal Ramli adalah pejuang pemberani, di mana hati dan pikirannya selalu diletakkan dalam hati rakyat Indonesia.
“Seorang merah putih sejati, baik di dalam maupun di luar pemerintahan. Partai Buruh berduka untuknya. Indonesia bersedih kehilangan putra terbaiknya,” kata Said.
Rizal Ramli memang dikenal dengan kritiknya untuk perbaikan Indonesia. Berikut profil Rizal Ramli.
1. Lahir di Tanah Minang

Rizal Ramli adalah pria kelahiran 10 Desember 1954, Padang, Sumatra Barat (Sumbar). Namun, masa kecilnya hingga remaja dihabiskan di Jawa Barat.
Rizal Ramli mengenyam pendidikan sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah atas (SMA) di Kota Bogor.
Kemudian, dia melanjutkan pendidikan ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Di masa perkuliahan, Rizal aktif di berbagai organisasi. Dia juga pernah mengkritisi kebijakan Orde Baru. Bahkan, dia pernah merasakan kurungan penjara pada 1978. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Amerika Serikat (AS), tepatnya Universitas Boston, dan mendapat gelar doktor ekonomi.
2. Pernah menjabat sebagai Tim Penasihat PBB dan jadi Menko

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Rizal pernah ditunjuk menjadi Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog).
Lalu, pada 23 Agustus 2000, Gus Dur mengangkat Rizal sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri. Jabatan itu berakhir pada 12 Juni 2001, karena Rizal ditunjuk menjadi Menteri Keuangan. Namun, jabatan itu hanya diembannya selama kurang lebih satu bulan, sampai 23 Juli 2001.
Setelah berkarier di kabinet Gus Dur, Rizal ditunjuk sebagai anggota tim panel penasihat ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Lalu, pada November 2013, Rizal ditawarkan PBB menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Economic & Social Commission of Asia and Pacific (ESCAP). Namun, dia menolak jabatan tersebut.
Di tahun tersebut, Rizal menjabat sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sampai Oktober 2015.
Rizal kembali mengemban tugas di kabinet pada masa pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo periode pertama. Dia menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Indonesia untuk periode 12 Agustus 2015 sampai 27 Juli 2016. Kemudian, Rizal digantikan oleh Luhut Binsar Pandjaitan.
3. Dikenal dengan kritik pedas terhadap Sri Mulyani hingga Jokowi

Rizal adalah sosok ekonom senior yang kerap memberikan kritik pedas terhadap pemerintah. Dia bahkan kerap ditandingkan dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani karena kritik yang terus dilontarkannya kepada Sri Mulyani.
Misalnya saja pada April 2021 lalu, Rizal menyebut Sri Mulyani ugal-ugalan dan tidak transparan dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kala itu, dia menilai realisasi APBN bulan Maret 2021 sudah melebihi dari yang dianggarkan. Sebab, defisit APBN kala itu meningkat 89,7 persen dibandingkan Maret 2020.
"Menkeu Sembunyikan Data karena Anggaran Keropos. Makin jelas, Sri Mulyani ngaku kelola fiskal hati-hati, prudent, ternyata ugal-ugalan dan tidak transparan," kata Rizal Ramli melalui akun Twitternya, @RamliRizal.
Rizal yang dijuluki Rajawali Ngepret juga sempat mengkritik habis keterlibatan Sri Mulyani dalam satgas yang ditugaskan untuk membongkar transaksi pencucian uang Rp349 triliun yang diungkap oleh Menko Polhukam Mahfud MD.
"Saya puji teman saya, Pak Mahfud karena langkahnya bagus untuk membongkar transaksi Rp349 triliun ini. Tapi, ketika dia masukin Sri Mulyani ke dalam satgas, saya katakan this is joke of the month. Ini kan justru orang yang jadi sumber masalah di Kementerian Keuangan," kata Rizal dalam dialog virtual yang diadakan oleh LP3ES pada Rabu (12/4/2023).
Pada 1 Mei 2019, Rizal juga mengkritik habis proyek Jokowi terkait Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur (Kaltim). Menurutnya, rakyat Indonesia tak butuh ibu kota baru, tapi presiden baru.
"Rakyat Indonesia tidak butuh ibu kota baru, tapi presiden baru tahun 2019," kata Rizal Ramli usai menghadiri acara peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day yang digelar Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) di Tennis Indoor, GBK.