PwC Pangkas 60 Mitra dan 1.500 Staf di Timur Tengah

- Pemangkasan besar-besaran setelah perselisihan dengan PIF: PwC memangkas posisi kerja setelah ketegangan dengan PIF yang memperburuk perlambatan permintaan jasa konsultan di Timur Tengah.
- Dampak dan restrukturisasi kepemimpinan wilayah: Perombakan besar di jajaran pimpinan wilayah Timur Tengah dilakukan untuk meredam ketegangan dengan otoritas Saudi dan menyesuaikan praktik bisnis dengan kebijakan Saudisasi.
- Situasi pasar dan prospek bisnis di Timur Tengah: Pertumbuhan pendapatan hanya mencapai 0,4 persen akibat pembekuan kontrak baru dengan PIF dan perlambatan umum dalam pasar jasa konsultasi di Timur Tengah.
Jakarta, IDN Times - PwC mengumumkan pemangkasan besar-besaran di wilayah Timur Tengah, yang meliputi sekitar 60 mitra dan 1.500 staf. Langkah ini dilakukan menyusul adanya konflik dengan Dana Kekayaan Negara Saudi Arabia (Public Investment Fund/PIF) yang berdampak pada bisnis PwC di kawasan tersebut.
Pemangkasan itu mulai terjadi sejak Februari 2025, ketika perselisihan semakin memperburuk perlambatan permintaan jasa PwC di Timur Tengah. Peristiwa ini menandai babak baru dalam hubungan antara PwC dan salah satu klien utamanya di kawasan tersebut.
1. Pemangkasan besar-besaran setelah perselisihan dengan PIF
Pada Februari 2025, PwC mulai memangkas posisi kerja setelah ketegangan yang terjadi dengan PIF. Sumber yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan, perseteruan itu memperburuk perlambatan permintaan jasa konsultan PwC di Timur Tengah.
"Langkah ini merupakan respons terhadap pembekuan kontrak baru dari PIF yang mulai berlaku sejak Februari," ungkap sumber tersebut, dilansir Yahoo Finance.
Pada saat yang sama, PIF, yang merupakan salah satu klien terbesar PwC, melarang pemberian kontrak konsultasi baru kepada PwC untuk jangka waktu satu tahun, meskipun jasa audit tetap berjalan sebagaimana biasa.
2. Dampak dan restrukturisasi kepemimpinan wilayah
Pada Mei 2025, PwC melakukan perombakan besar di jajaran pimpinan wilayah Timur Tengah. Beberapa anggota senior, termasuk Mohamed ElBorno dan Emma Campbell, mengundurkan diri untuk meredam ketegangan dengan otoritas Saudi. Hal ini terjadi setelah upaya PwC merekrut eksekutif penting dari proyek mega-kota Neom milik PIF ditolak keras oleh pihak Saudi.
"Ini merupakan upaya PwC untuk memperbaiki hubungan yang tegang dengan klien utamanya," kata sumber yang dekat dengan perusahaan.
Restrukturisasi tersebut juga muncul karena tekanan untuk melokalkan tenaga kerja dan menyesuaikan praktik bisnis dengan kebijakan Saudisasi di Saudi Arabia.
3. Situasi pasar dan prospek bisnis di Timur Tengah
Selama 2024, PwC mencatat pertumbuhan penjualan di wilayah Timur Tengah sebesar 26 persen, jauh melampaui angka pertumbuhan di Inggris, yang menunjukkan pentingnya wilayah ini bagi perusahaan. Namun, pada 2025, pertumbuhan pendapatan hanya mencapai 0,4 persen akibat pembekuan kontrak baru dengan PIF dan perlambatan umum dalam pasar jasa konsultasi di Timur Tengah.
"Pasar konsultasi besar mulai menahan diri dari kontrak besar, termasuk di wilayah Timur Tengah," jelas analis industri, dilansir Financial Times.
Pemangkasan mitra dan staf besar-besaran ini menjadi salah satu konsekuensi langsung dari perubahan tersebut.