QRIS Semakin Diminati, Bagaimana Nasib Kartu Debit dan Kredit?

- QRIS tidak akan menggantikan kartu debit dan kredit
- Jumlah pengguna QRIS mencapai 48,12 juta dengan pertumbuhan transaksi 175,44% (yoy)
- Masyarakat membutuhkan layanan pembayaran yang efisien dengan biaya lebih murah
Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) menegaskan hadirnya Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) tidak akan menggantikan kartu debit dan kredit di masyarakat.
Kemunculan QRIS merupakan hasil inisiasi BI bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Sehingga, sistem pembayaran lebih efisien.
Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Elyana K Widyasari mengatakan, penerbitan QRIS bukan untuk menggantikan transaksi pembayaran jenis kartu kredit maupun kartu debit.
"(QRIS) ini bukan untuk menyandingkan, bukan untuk membandingkan. Artinya bukan saling menggantikan, tidak," ujar Elyana Widyasari, dikutip, Kamis (2/5/2024).
1. Transaksi QRIS di kuartal I 2024 tumbuh 175,44 persen

Elyana menjelaskan transaksi QRIS terus meningkat. Berdasarkan data yang dipaparkannya nominal transaksi QRIS tumbuh 175,44 persen (yoy).
"Jumlah pengguna mencapai 48,12 juta dan jumlah merchant 31,61 juta," jelasnya.
Sementara dari sisi perluasan akseptasi QRIS antarnegara akan terus diperkuat. QRIS merupakan pembayaran digital menggunakan scan QR Code dan dapat dipindai atau dikenali atau dibaca oleh Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran.
QRIS sudah memberikan Persetujuan ke beberapa Perusahaan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PPJSP) untuk dapat melakukan pembayaran melalui QRIS QR Code. Minimal transaksi pembayaran mulai dari Rp1–Rp1.000.
2. BI terus mengawasi penggunaan kartu debit dan kredit

Menurut Elyana, masyarakat membutuhkan layanan pembayaran yang efisien dengan biaya lebih murah. Apalagi, satu QRIS bisa digunakan untuk semua aplikasi pembayaran.
"Kalau ingat sekitar 5 sampai 6 tahun lalu, kalau kita mau bayar itu sebelum ada QRIS kita datang ke merchant (pedagang) selalu ditanya pakai QR yang mana, kemudian akan tersedia banyak sekali, ini yang akan menimbulkan biaya yang sangat tinggi bagi masyarakat," kata dia.
Elyana menilai, transaksi pembayaran melalui kartu kredit atau debit masih diminati masyarakat. Bank Indonesia akan terus memantau dan mengawasi layanan transaksi ini.
"Karena masih ada model-model pembayaran seperti itu dan untuk pembayaran seperti itu masih diatur dan diawasi oleh Bank Indonesia," ujar dia.
3. Pengguna kartu debit turun

Sementara itu, nominal transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM atau debit turun sebesar 3,80 persen (yoy) sehingga mencapai Rp1.831,77 triliun. Nominal kartu kredit masih meningkat 7,71 persen (yoy) mencapai Rp105,13 triliun.
Dari sisi pengelolaan uang rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) meningkat 13,15 persen (yoy) sehingga menjadi Rp1.073,57 triliun.