Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

RI Buka Peluang Bangun PLTN Pakai Teknologi China atau Rusia

ilustrasi PLTN (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi PLTN (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Pemerintah memasukkan rencana PLTN 500 MW dalam RUPTL, dengan teknologi SMR atau Lug Scale.
  • Pemilihan teknologi PLTN akan mengutamakan kesesuaian spesifikasi teknis dan TKDN minimal 40 persen.
  • PLTN ditargetkan beroperasi mulai 2030 atau 2032, sebagai sumber energi baru yang ekonomis.

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengungkapkan terdapat penawaran teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang berasal dari China dan Rusia.

Dia menyebut, kemungkinan pembahasan itu muncul dalam kunjungan kerja Menteri ESDM Bahlil Lahadalia baru-baru ini, namun detailnya masih menunggu penjelasan resmi lebih lanjut.

"Jadi untuk teknologi yang ditawarkan katanya itu ada dari China atau dari Rusia," kata dia saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (20/6/2025).

1. Terkait rencana pengembangan PLTN 500 MW

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dibuat dengan AI. (chatgpt.com)
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dibuat dengan AI. (chatgpt.com)

Yuliot menjelaskan, pemerintah telah memasukkan rencana pengembangan PLTN dengan kapasitas sekitar 500 megawatt (MW) dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Teknologi yang akan digunakan masih dikaji, apakah berbasis Small Modular Reactor (SMR) atau reaktor berkapasitas menengah (Lug Scale).

Kajian terhadap teknologi SMR dilakukan dengan meninjau pengembangannya di Kanada, sementara opsi Lug Scale tengah dijajaki melalui kerja sama dengan Korea Selatan.

"Jadi untuk 500 MW ini kita akan mencoba untuk melihat apakah menggunakan teknologi SMR atau Lug Scale," sebutnya.

2. Prioritaskan kesesuaian teknologi dan TKDN

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dibuat dengan AI. (chatgpt.com)
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dibuat dengan AI. (chatgpt.com)

Menurut Yuliot, pemilihan teknologi PLTN akan mengutamakan kesesuaian spesifikasi teknis. Selain itu, setiap tawaran yang masuk harus memenuhi ketentuan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal sebesar 40 persen.

"Ini kan kita mempertimbangkan teknologi terlebih dulu, jadi kalau teknologinya itu sesuai, dan juga persyaratan TKDN, kita kan mempersyaratkan untuk TKDN-nya sekitar 40 persen," ujarnya.

3. PLTN ditargetkan beroperasi mulai 2030-an

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dibuat dengan AI. (chatgpt.com)
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dibuat dengan AI. (chatgpt.com)

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, PLTN ditargetkan mulai beroperasi pada 2030 atau 2032.

"Untuk PLTN itu kita mulai on itu 2030 atau 2032. Jadi mau tidak mau kita harus melakukan persiapan semua regulasi yang terkait dengan PLTN," kata dia dalam keterangan tertulis yang dikutip Senin (21/4/2025).

Pria yang juga menjabat Ketua Harian Dewan Energi Nasional (DEN) itu menilai PLTN sebagai sumber energi baru yang ekonomis dan berpotensi memperkuat sistem kelistrikan nasional. Dia juga menekankan pemanfaatan energi nuklir dapat mengurangi ketergantungan pada pembangkit berbahan bakar fosil. Namun, dia mengingatkan pentingnya sosialisasi masif kepada masyarakat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us