Rupiah Sempat Tembus Rp17.400 per Dolar AS, BI Rapat Darurat

- Bank Indonesia stabilkan rupiah di tengah tekanan Donald Trump
- Nilai tukar sempat tembus Rp17.400 per dolar AS di pasar off-shore
Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) mengaku bahwa rupiah sempat menyentuh level di atas Rp17.000 per dolar AS saar Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal ke berbagai negara.
Berdasarkan laporan internal BI, nilai tukar rupiah sempat menyentuh level Rp17.400 per dolar AS di pasar off-shore seperti Hong Kong dan Eropa. Situasi tersebut terjadi di tengah masa libur nasional, sehingga BI mengambil langkah stabilisasi nilai tukar rupiah dengan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 7 April 2025.
"Kami bisa menstabilkan nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh Rp17.300 per dolar AS bahkan Rp17.400 di pasar Hong Kong dan Eropa. Itu sebabnya kami mengadakan rapat darurat meskipun sedang libur nasional," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers, Rabu (23/4/2025).
1. Stabilitas rupiah jadi prioritas utama

Perry menegaskan, stabilitas nilai tukar rupiah merupakan fondasi penting bagi ketahanan ekonomi nasional. Selain berdampak langsung terhadap sektor moneter, nilai tukar juga berperan besar dalam menjaga inflasi, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan memperkuat kebijakan fiskal.
Oleh karena itu, untuk menjaga kestabilan rupiah tidak hanya soal menjaga nilai tukar semata, melainkan bagian dari strategi komprehensif untuk menciptakan stabilitas ekonomi secara menyeluruh.
"Alhamdulillah, puji Tuhan, sekarang nilai tukar sudah kembali stabil di kisaran Rp16.800. Kami terus melakukan langkah-langkah stabilisasi, terutama di pasar non-delivery forward (NDF)," lanjutnya.
2. BI optimalkan triple intervention

Untuk merespons kondisi tersebut, BI melakukan intervensi aktif di pasar NDF luar negeri, termasuk pasar Asia, Eropa, dan Amerika. Strategi ini dijalankan secara menyeluruh dengan pendekatan around the clock, around the world.
"Kami putuskan melakukan intervensi di pasar offshore secara berkesinambungan, dari Hongkong hingga Eropa dan Amerika," ujar Perry.
BI juga mengoptimalkan instrumen kebijakan lain seperti strategi triple intervention, yang mencakup transaksi spot, DNDF, dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Selain itu, instrumen Sekuritas Rupiah BI (SRBI), Sekuritas Valas BI (SVBI), dan SUVBI terus diperkuat untuk menarik investasi portofolio asing, menjaga likuiditas, serta mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
3. Pergerakan rupiah masih sejalan dengan mata uang regional

Perry menyebut laju nilai tukar rupiah pada 27 Maret 2025 tercatat Rp16.560 per dolar AS atau menguat 0,12 persen dibandingkan dengan level akhir Februari 2025. Namun demikian, tekanan kuat terhadap nilai tukar rupiah terjadi di pasar off-shore pada saat libur panjang pasar domestik dalam rangka Idulfitri 1446 H, akibat kebijakan tarif resiprokal AS.
"Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian," ujarnya.
Dengan demikian, ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.