Likuiditas Menguat, Uang Beredar Tumbuh 8,3 Persen pada November 2025

- Tagihan bersih ke pemerintah pusat tumbuh 8,7 persen
- Uang primer tumbuh 13,3 persen
- Penghimpunan DPK capai Rp9.217,9 triliun
Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada November 2025 tumbuh 8,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp9.891,6 triliun. Bila dibandingkan Oktober, M2 mengalami peningkatan Rp108,5 triliun atau sebesar Rp9.783,1 triliun.
"Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 11,4 persen yoy dan uang kuasi sebesar 5,9 persen yoy,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan tertulis, Senin (22/12/2025).
1. Tagihan bersih ke pemerintah pusat tumbuh 8,7 persen

Ramdan menjelaskan, perkembangan M2 pada November 2025 terutama dipengaruhi oleh tagihan bersih kepada pemerintah pusat (pempus) serta penyaluran kredit. Tagihan bersih kepada pempus tumbuh 8,7 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 5,4 persen yoy.
"Penyaluran kredit pada November 2025 tumbuh 7,9 persen yoy, meningkat dibandingkan Oktober 2025 yang tercatat 7,0 persen yoy," ujarnya.
Sementara itu, aktiva luar negeri bersih. tumbuh sebesar 9,7 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 10,4 persen (yoy).
2. Uang primer tumbuh 13,3 persen

Ia menjelaskan, Uang Primer (MO) adjusted pada November 2025 tumbuh 13,3 persen (yoy), melanjutkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 14,4 persen(yoy), sehingga tercatat sebesar Rp2.136,2 triliun. Perkembangan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan giro bank umum di BI adjusted sebesar 24,2 persen (yoy) dan uang kartal yang diedarkan sebesar 13,1 persen (yoy).
"Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, pertumbuhan MO adjusted telah mempertimbangkan dampak pemberian insentif likuiditas (pengendalian moneter adjusted," ungkapnya.
3. Penghimpunan DPK capai Rp9.217,9 triliun

Ramdan menjelaskan, penghimpunan DPK pada November 2025 tercatat sebesar Rp9.217,9 triliun atau tumbuh 8,5 persen (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,2 persen (yoy).
"Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan tabungan sebesar 8.8 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,2 persen (yoy).
Sementara itu, giro dan simpanan berjangka tumbuh masing-masing sebesar 12,8 persen (yoy) dan 4,7 persen (yoy), setelah pada Oktober 2025 tumbuh masing-masing sebesar 13,2 persen (yoy) dan 4,9 persen (yoy).
"Berdasarkan golongan nasabah, kenaikan pertumbuhan DPK terutama didorong oleh kenaikan pertumbuhan DPK perorangan menjadi sebesar 2,7 persen (yoy) dari 0,8 persen (yoy) pada bulan sebelumnya," ungkapnya.



















