Saat para Menteri Semringah Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,12 Persen

- Pertumbuhan ekonomi Indonesia ungguli Amerika Serikat.
- Konsumsi rumah tangga masih jadi penopang pertumbuhan ekonomi domestik.
- Faktor pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Jakarta, IDN Times - Senyum dan tawa menghiasi wajah beberapa menteri Kabinet Merah Putih dalam konferensi pers pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 di Gedung Kementerian Koordinator Perekonomian pada Selasa (5/8/2025). Beberapa menteri hadir dalam konferensi pers tersebut.
Ada Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani, Menteri Perdagangan Budi Susanto, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait (Ara), dan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana.
Ara sendiri datang terlambat setelah konferensi pers berjalan hampir 30 menit. Adapun konferensi pers yang digelar hari ini berjalan terlambat atau tidak tepat waktu sesuai undangan. Dalam undangan liputan yang diterima IDN Times, sejatinya konferensi pers digelar pukul 16.30 WIB. Namun, acara digelar sekitar pukul 17.00 setelah semua menteri dan kepala badan berkumpul, tanpa Ara yang datang terlambat.
Konferensi pers dimulai dengan pemaparan dari Airlangga terkait kinerja perekonomian Indonesia selama kuartal II-2025. Airlangga pun bersyukur atas capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 yang kembali berada di level 5 persen.
"Apa yang diumumkan tadi pagi Alhamdulillah kita kembali ke jalur lima persen, jadi 5,12 Indonesia. Indonesia hanya di bawah China yang 5,2 persen," kata Airlangga.
1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ungguli Amerika Serikat

Rasa senang kian membuncah di dalam diri Airlangga dan jajaran pejabat yang hadir dalam konferensi pers lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia mengungguli banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS). Airlangga menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia unggul atas Malaysia dan Singapura serta AS yang hanya dua persen.
"Di antara negara G20 dan ASEAN kita salah satu yang tertinggi. Kalau kita lihat di triwulan dua secara regional tumbuh positif. Kita lihat di Sumatra 4,98 persen, Jawa 5,24 persen, Bali 3,73 persen, kemudian Kalimantan 4,95 persen, kemudian Sulawesi 5,83 persen, Maluku-Papua 3,3 persen," kata Airlangga.
2. Konsumsi rumah tangga masih jadi penopang pertumbuhan ekonomi domestik

Airlangga kemudian memaparkan kontributor pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga Indonesia pada kuartal II-2025 berkontribusi 54,25 persen terhadap pertumbuhan ekonomi dan tumbuh 4,97 persen year on year (yoy).
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menyumbang 27,83 persen terhadap PDB dan tumbuh 6,99 persen. Komponen ekspor mencatat distribusi sebesar 22,28 persen dan mengalami pertumbuhan 10,67 persen.
Sementara itu, konsumsi pemerintah berkontribusi sebesar 6,93 persen, tetapi mengalami kontraksi sebesar -0,33 persen.
"Konsumsi pemerintah dibandingkan tahun lalu memang minus 0,33 persen karena tahun lalu itu ada pemilu sehingga government spending-nya besar. Dari segi investasi tumbuhnya juga baik 6,99 persen dan ekspor barang dan jasa, ini juga baik double digit 10,67 persen dan impornya 11,65 persen, sehingga tentu ke depan kita akan terus dorong konsumsi, meningkatkan utilitas, dan menciptakan lapangan kerja untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang," tutur Airlangga.
3. Faktor pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga

Sebelumnya diberitakan, BPS melaporkan konsumsi rumah tangga terus mencatat pertumbuhan pada kuartal II-2025. Pertumbuhan terjadi seiring dengan meningkatnya belanja kebutuhan primer dan mobilitas rumah tangga.
Kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, dan Idul Adha, serta libur sekolah.
"Mobilitas masyarakat yang meningkat mendorong peningkatan konsumsi untuk transportasi dan restoran," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Wilayah, Moh. Edy Mahmud.