Sempat Meroket, Harga Bitcoin Anjlok 2,27 Persen

- Kapitalisasi pasar kripto global turun
- Indeks Sentimen Pasar Kripto (Crypto Fear and Greed Index) berada pada level 53, menunjukkan kondisi netral dengan kecenderungan waspada.
- Regulator keuangan Korea Selatan memerintahkan bursa kripto lokal untuk menghentikan layanan pinjaman kripto, menambah kecemasan investor terkait stabilitas pasar regional.
Jakarta, IDN Times - Harga Bitcoin (BTC) turun 2,27 persen sepanjang pekan ini, dan melemah lebih dari 1,12 persen dalam 24 jam terakhir menurut data Coinmarketcap.
Padahal, harga Bitcoin sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pekan kemarin, yakni di level 124 ribu dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp2 miliar.
Harga BTC menyentuh level 113.000 dolar AS atau setara Rp1,84 miliar (kurs Rp16.291 per dolar AS).
Penurunan tajam juga terjadi pada aset kripto lainnya, yakni Ethereum (ETH) juga turun menjadi Rp68,4 juta. Cardano (ADA) tercatat anjlok 3,84 persen menjadi 0,92 dolar AS atau setara Rp14.987, Solana (SOL) di harga 179 dolar AS atau setara Rp2,92 juta, XRP di harga 3 dolar AS atau setara Rp48.873, dan Dogecoin (DOGE) di harga 0,21 dolar AS atau setara Rp3.421.
1. Kapitalisasi pasar kripto global turun

Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto global turun menjadi 3,8 triliun dolar AS, melemah dalam 24 jam terakhir. Indeks Sentimen Pasar Kripto (Crypto Fear and Greed Index) tercatat berada pada level 53, menunjukkan kondisi netral dengan kecenderungan waspada.
Salah satu penyebab tekanan harga itu adalah faktor eksternal, di mana ada pelemahan sentimen pasar menjelang pidato Ketua Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell yang diperkirakan memberi sinyal arah kebijakan moneter AS.
Selain itu, regulator keuangan Korea Selatan baru saja memerintahkan bursa kripto lokal untuk menghentikan layanan pinjaman kripto. Kebijakan mendadak ini menambah kecemasan investor terkait stabilitas pasar regional.
Vice President Indodax, Antony Kusuma menyoroti dari sisi on-chain, tercatat adanya pergerakan signifikan dari whale dan institusi. Data menunjukkan sebanyak 12.000 BTC dikirim ke bursa, indikasi aksi ambil untung oleh pemegang besar.
Namun, akumulasi tetap terjadi di sisi treasury, di mana Metaplanet menambah 775 BTC senilai sekitar 93 juta dolar AS, sementara MicroStrategy membeli tambahan 430 BTC.
Kombinasi ini menunjukkan dinamika pasar yang kompleks. Jika deposit whale terus meningkat, potensi kepanikan investor ritel bisa muncul.
2. Koreksi harga dinilai wajar

Sebaliknya, akumulasi oleh perusahaan publik menjadi faktor penopang jangka panjang, meskipun efek jangka pendeknya terbatas.
Antony menilai koreksi pasar kali ini merupakan respons normal dari investor terhadap ketidakpastian global.
“Pasar kripto sering kali bergerak lebih cepat dalam merespons sinyal kebijakan makroekonomi dibanding instrumen lain. Tekanan harga yang terjadi saat ini mencerminkan sikap investor yang menahan posisi sambil menunggu kejelasan dari bank sentral Amerika,” ucap Antony dikutip Rabu, (20/8/2025).
Antony menambahkan, deposit besar ke bursa dari whale seringkali memicu volatilitas jangka pendek. Jika tren ini berlanjut, investor ritel bisa terdorong melakukan aksi jual.
“Namun, akumulasi yang dilakukan institusi justru memperlihatkan semakin kuatnya keyakinan terhadap nilai Bitcoin dalam jangka panjang. Perbedaan perilaku antara trader jangka pendek dan strategi perbendaharaan jangka panjang inilah yang membuat dinamika pasar Bitcoin menjadi unik,” ujar Antony.
3. Investor tetap harus manajemen risiko

Menurut Antony, meskipun pembelian oleh institusi memberikan fondasi jangka panjang, dampaknya terhadap harga tidak serta-merta langsung terasa dibandingkan dengan tekanan jual dari whale.
“Saat ini pasar berada di titik keseimbangan antara aksi ambil untung whale dan strategi akumulasi institusi. Investor perlu berhati-hati dalam jangka pendek, namun tetap melihat adanya struktur penopang yang terbentuk untuk jangka panjang,” tutur Antony.
Lebih lanjut, Antony menekankan kondisi saat ini justru bisa menjadi momentum bagi investor jangka panjang.
“Dalam siklus pasar kripto, fase penurunan adalah ruang bagi investor untuk melakukan akumulasi secara bertahap. Strategi seperti dollar-cost averaging dapat membantu menghadapi volatilitas yang tinggi,” ujar dia.
Menurutnya, pelemahan altcoin seperti ETH, ADA, maupun SOL saat ini adalah bagian dari pola rotasi pasar.
“Investor cenderung mengalihkan likuiditas ke aset yang dianggap lebih aman ketika volatilitas meningkat. Pola ini bukan berarti altcoin kehilangan potensi, melainkan refleksi dari sikap konservatif sementara,” kata Antony.
Di tengah tekanan harga, Antony mengingatkan pentingnya disiplin manajemen risiko.
“Investor sebaiknya tidak hanya melihat potensi keuntungan, tetapi juga memiliki strategi mitigasi risiko seperti diversifikasi portofolio, penggunaan stop-loss, serta penentuan target investasi yang jelas,” beber Antony.