Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Serikat Pekerja Tolak Paket Gaji Rp16,5 Kuadriliun untuk Elon Musk

Elon Musk (commons.m.wikimedia.org/Tesla Owners Club Belgium)
Elon Musk (commons.m.wikimedia.org/Tesla Owners Club Belgium)
Intinya sih...
  • Serikat pekerja dan pemimpin Partai Demokrat menolak paket gaji Elon Musk senilai 1 triliun dolar AS (Rp16,5 kuadriliun) karena dianggap berlebihan dan merugikan dana pensiun pekerja.
  • Dewan direksi Tesla memperingatkan risiko kepergian Musk jika paket gaji tersebut ditolak, dengan alasan pentingnya peran Musk bagi masa depan Tesla.
  • Investor besar mendukung paket kompensasi sebagai insentif berbasis pencapaian kinerja, namun lembaga penasihat pemegang saham merekomendasikan menolak paket ini.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Tesla menghadapi momen krusial menjelang rapat tahunan pemegang saham yang akan digelar pada Kamis (6/11/2025). Salah satu agenda utama adalah pemungutan suara terkait paket kompensasi CEO Elon Musk yang bernilai sekitar 1 triliun dolar Amerika Serikat (AS) (Rp16,5 kuadriliun), yang bisa menjadi paket gaji eksekutif terbesar dalam sejarah perusahaan.

Paket ini memicu kontroversi serius. Para serikat pekerja dan beberapa pemimpin Partai Demokrat menentang paket gaji ini karena dianggap berlebihan dan menciptakan risiko bagi dana pensiun pekerja yang memiliki saham Tesla. Namun, pihak dewan direksi Tesla, yang dipimpin oleh Robyn Denholm, mendesak agar pemegang saham menyetujui paket tersebut untuk menjaga Musk tetap berada di posisi puncak perusahaan.

1. Penolakan dari serikat pekerja dan pemimpin Partai Demokrat

Koalisi serikat pekerja dan pemimpin Partai Demokrat di AS mengumumkan upaya mereka untuk menolak rencana gaji 1 triliun dolar AS (Rp16,5 kuadriliun) bagi Elon Musk.

"Ini bukan kompensasi berdasarkan kinerja, ini sejajar dengan gaji untuk kekuasaan tanpa batas," kata Thomas DiNapoli, Pengawas Negara Bagian New York yang mewakili dana pensiun pemegang saham Tesla, dilansir Newsweek.

Koalisi ini juga mengkhawatirkan bahwa konsentrasi kekayaan dan kekuasaan pada satu individu seperti Musk akan merugikan pekerja yang dana pensiunnya memiliki saham Tesla. Kampanye ini didukung oleh serikat seperti American Federation of Teachers dan Communications Workers of America, yang mendesak para pengelola dana pensiun untuk menolak paket tersebut.

Penolakan ini memperpanjang siklus ketegangan antara Musk dan kelompok pengawas perusahaan serta pekerja, setelah gugatan hukum atas paket gaji sebelumnya sebesar 56 miliar dolar AS (Rp929,1 triliun) yang dianggap tidak adil oleh pengadilan Delaware tahun 2024.​

2. Peringatan dewan direksi tentang risiko kepergian Musk

Robyn Denholm, Ketua Dewan Direksi Tesla, mengirim surat resmi kepada para pemegang saham yang memperingatkan bahwa Musk berpotensi meninggalkan perusahaan jika paket gaji senilai 1 triliun dolar AS (Rp16,5 kuadriliun) tersebut ditolak.​

Surat ini menjelaskan pentingnya Musk bagi masa depan Tesla yang sedang bertransformasi menjadi perusahaan teknologi robotik dan kecerdasan buatan, bukan sekadar produsen mobil listrik.

"Tanpa Elon, Tesla bisa kehilangan nilai penting, karena perusahaan mungkin tidak lagi dinilai untuk tujuan yang kami inginkan," kata Denholm, dilansir India Times.

Dewan Direksi Tesla menyatakan bahwa paket ini dirancang untuk memastikan Musk tetap memimpin selama tujuh setengah hingga sepuluh tahun ke depan, dengan syarat pencapaian target ambisius seperti peluncuran satu juta taksi otonom dan robot, serta peningkatan keuntungan yang signifikan.​

3. Dukungan dan perlawanan dari investor kunci

Beberapa investor besar termasuk State Board of Administration Florida mengumumkan dukungan mereka untuk paket kompensasi tersebut, dengan alasan paket ini merupakan insentif yang didasarkan pada pencapaian kinerja dan dapat mendorong pertumbuhan luar biasa Tesla di masa depan.​

Namun, lembaga penasihat pemegang saham seperti Institutional Shareholder Services (ISS) dan Glass Lewis merekomendasikan agar pemegang saham menolak paket ini, menyebutnya sebagai kompensasi yang tidak sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik.​

Elon Musk sendiri dengan tegas menolak kritik tersebut. Pada panggilan pendapatan Tesla pekan lalu, ia menyebut para kritikus sebagai teroris korporat yang mencoba menggagalkan paket penggajiannya.​

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

BRI Selesaikan Penyaluran Dana Rp55 Triliun di Sektor Produktif

30 Okt 2025, 22:18 WIBBusiness