Setahun Beroperasi, OJK Sebut Nilai Transaksi Bursa Karbon Masih Kecil

- Bursa Karbon Indonesia baru beroperasi selama setahun dengan transaksi 613.894 ton CO2 senilai Rp37 miliar lebih.
- Inarno Djajadi meminta semua pihak mensyukuri capaian Bursa Karbon Indonesia dan mengakui masih banyak tantangan di masa mendatang.
Jakarta, IDN Times - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi tidak menampik nilai transaksi yang dibukukan Bursa Karbon Indonesia atau IDX Carbon masih relatif kecil.
Meski begitu, Inarno tetap menganggap itu sebagai sebuah pencapaian mengingat IDX Carbon baru dioperasikan selama setahun. Sejak diresmikan pada 26 September 2023, Bursa Karbon Indonesia telah memperdagangkan 613.894 ton CO2 ekuivalen dengan nilai transaksi Rp37 miliar lebih.
"Dengan nilai itu 37 bilion rupiah. Bisa dikatakan kecil, tapi bisa dikatakan juga ini suatu achievement. Kita harus juga melihat bahwasanya untuk men-setup suatu bursa karbon yang aktif, untuk ETS (Emission Trading System) saja itu butuh waktu 10-20 tahun. Malaysia juga butuh dua tahun untuk (bursa karbonnya) bisa terjadi transaksi," tutur Inarno dalam acara Peringatan Satu Tahun Bursa Karbon Indonesia di Main Hall BEI, Jakarta, Kamis (3/10/2024).
1. Capaian Bursa Karbon Indonesia perlu disyukuri

Pengembangan perdagangan karbon di Indonesia diakui Inarno masih menghadapi banyak tantangan pada masa mendatang. Namun, dia meminta agar semua pihak mensyukuri capaian yang berhasi didapatkan Bursa Karbon Indonesia selama setahun ini.
"Jadi bagaimanapun ya kita masih banyak tantangan, tetapi tentunya kita juga harus bersyukur bahwasanya sampai saat ini kita sudah mencapai pada titik saat ini," ujar Inarno.
2. Pencapaian Bursa Karbon Indonesia dalam setahun

Di sisi lain, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengungkapkan, IDX Carbon telah menunjukkan perkembangan ke arah positif dan mendapatkan respons yang baik dari para pelaku pasar.
"Sejak 26 September 2023, pengguna jasa karbon mengalami kenaikan dari awalnya terdaftar sebanyak 16 pengguna jasa pertama, saat ini sudah ada 81 pengguna jasa," ujar Iman.
"Selain itu, saat ini terdapat 1,7 juta ton CO2 ekuivalen unit karbon SPGRK yang terdaftar di Bursa Karbon Indonesia dan sebanyak 613.894 ton CO2 ekuivalen telah diperdagangkan dengan nilai lebih dari Rp37 miliar," sambung dia.
3. Volume transaksi Bursa Karbon Indonesia lebih tinggi dari negara lain

Iman menambahkan, dari 613.894 ton CO2 ekuivalen yang diperdagangkan tersebut sebanyak lebih dari 420.150 ton unit karbon telah digunakan sebagai offset melalui proses retirement. Atas capaian tersebut, Iman meminta semua pihak untuk optimistis bahwa Indonesia mampu melakukan transaksi perdagangan karbon lebih baik lagi pada tahun-tahun mendatang.
"Kita patut optimis atas pencapaian ini mengingat di tengah tantangan perdengan karbon yang dihadapi banyak negara. Akumulasi volume transaksi masih lebih tinggi dibandingkan dengan bursa karbon di negara lain yang berusia sebaya, seperti Bursa Karbon Malaysia dan Bursa Karbon Jepang," ujar Iman.