Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

DPR Ingatkan: Tarif Trump Ancaman Industri Padat Karya, Alarm Serius!

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Hanif Dhakiri sebut tarif Trum jadi alarm serius bagi Indonesia. (Dok. Fraksi PKB)
Intinya sih...
  • AS memberlakukan tarif 42 persen terhadap produk Indonesia.
  • Tarif baru AS bisa menyebabkan penurunan ekspor, PHK meningkat, inflasi naik, dan daya beli melemah.
  • Indonesia harus membuka pasar ekspor ke BRIICS dan Afrika serta memperkuat UMKM dan industri lokal.

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, M Hanif Dhakiri menyebut kebijakan Amerika Serikat (AS) yang mengenakan total tarif 42 persen terhadap produk Indonesia sebagai alarm serius bagi ekonomi nasional. 

Menurut dia, kebijakan tarif Trump akan menjadi ancaman bagi industri padat karya dan jutaan pekerja bagi Indonesia. Karena itu, pemerintah harus merespons cepat dengan langkah nyata dan berpihak.

“Ini bukan sekadar urusan dagang, tapi pukulan ke industri padat karya dan jutaan pekerja. Pemerintah tak bisa hanya berdiri di pinggir lapangan. Harus turun tangan penuh,” ujar Hanif di Jakarta, Kamis (3/4/2025).

1. Dampak tarif trump akan meluas kalau tak diantisipasi

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Hanif Dhakiri sebut tarif Trum jadi alarm serius bagi Indonesia. (Dok. Fraksi PKB)

Per 2 April 2025, AS memberlakukan tarif dasar 10 persen plus tambahan 32 persen untuk Indonesia. Ekspor Indonesia ke AS tahun lalu mencapai USD31 miliar (sekitar Rp500 triliun), dengan produk utama seperti alas kaki, tekstil, minyak nabati, dan alat listrik.

Hanif mengingatkan, dampak tarif baru AS bisa meluas kalau tidak segera direspon memadai, seperti ekspor yang turun, PHK meningkat, inflasi naik, dan daya beli melemah. Rupiah juga tertekan keRp.16.675 per dolar, meski BI sudah intervensi dengan lebih dari USD 4,5 miliar cadangan devisa.

“Strategi moneter sangat penting. Tapi kalau strategi fiskal dan sektor riil tak diperkuat, ekonomi kita bisa limbung,” ujar dia.

2. Harus membuka pasar baru

Menteri Luar Negeri Sugiono hadir di KTT BRICS, Kazan, Rusia pada 2024. (www.instagram.com/@sugiono_56)

Wakil Ketua Umum PKB itu mendorong pembukaan pasar ekspor ke BRIICS dan Afrika, serta penguatan UMKM dan industri lokal berbahan baku dalam negeri. “Tarif tinggi dari AS harus jadi momentum untuk produk lokal naik kelas. Kita butuh keberanian dan dukungan konkret,” katanya.

Hanif juga menekankan pentingnya investasi pada SDM, termasuk tenaga kerja migran yang menyumbang devisa USD 14 miliar tahun lalu. “Mereka bukan beban, tapi kekuatan. Kalau dikelola serius, lima sampai sepuluh tahun ke depan mereka bisa jadi pilar ekonomi nasional,” ujar dia. 

Hanif menegaskan bahwa dalam situasi penuh tekanan, arah dan keberanian sebuah bangsa diuji.  "Ini saatnya melangkah dengan strategi yang berani dan keberpihakan yang nyata,” ujar dia.

3. Trump umumkan tarif baru, termasuk ke Indonesia

Donald Trump (youtube.com/EL PAIS)

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif baru sebesar 10 persen pada hampir semua barang impor yang masuk ke Negeri Paman Sam. Rupanya tak hanya itu, ia juga memberlakukan 'Tarif Timbal Balik' ke sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Indonesia masuk dalam daftar AS tersebut. Indonesia mengenakan tarif sebesar 64 persen ke AS. Dan saat ini, AS menerapkan tarif sebesar 32 persen ke Indonesia.

"Ini deklarasi kemerdekaan ekonomi kami," ujar Trump, dikutip dari BBC, Kamis (3/4/2025). Langkah tersebut diambil Trump untuk mengurangi pajak dan membayar utang nasional AS.

Ia menampilkan bagan yang berisi negara yang akan dikenakan tarif, tarif yang dikenakan ke AS oleh negara tersebut, dan tarif yang akan dikenakan AS ke negara itu. Tercatat tiga negara pertama ada China, Uni Eropa, dan Vietnam. China mengenakan tarif 67 persen bagi AS, dan AS memberikan tarif 34 persen. Sementara Vietnam memberi tarif ke AS 90 persen, dan AS mengenakan tarif 46 persen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us