Trump Dapat Undangan ke China, Isyarat Akhir Perang Dagang?

- Trump menerima undangan ke China untuk kunjungan resmi pada awal 2026
- Kunjungan diharapkan meredakan ketegangan dagang AS-China dan membuka jalan bagi perjanjian dagang baru yang saling menguntungkan
- Trump juga merencanakan kunjungan ke beberapa negara Asia, termasuk Jepang dan Malaysia, sebagai langkah baru dalam kebijakan luar negeri AS
Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan akan melakukan kunjungan resmi ke China pada awal 2026 setelah menerima undangan dari pemerintah China. Rencana tersebut disampaikan Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Senin (20/10/2025).
“Saya diundang ke China, dan saya akan melakukannya sekitar awal tahun depan. Kami sudah mengaturnya,” ujarnya, dilansir dari Al Jazeera.
Kunjungan ini diharapkan dapat mempererat hubungan diplomatik antara AS dan China yang sempat tegang akibat kebijakan perdagangan kedua negara. Trump juga dijadwalkan bertemu Presiden China Xi Jinping pada akhir bulan ini di Korea Selatan dalam KTT Asia-Pasifik, yang mempertemukan para pemimpin dari negara-negara di kawasan Samudra Pasifik.
Trump menilai hubungan dengan China berada di jalur positif menjelang pertemuan tersebut.
“Saya percaya setelah kami meninggalkan Korea Selatan … kami akan memiliki hubungan yang sangat baik dengan China,” katanya.
Pertemuan antara Trump dan Xi diharapkan dapat membuka jalan bagi pembahasan perjanjian dagang baru yang saling menguntungkan.
1. Ketegangan dagang AS-China dan upaya meredakannya

Hubungan dagang antara AS dan China kembali memanas setelah Trump mengancam akan mengenakan tarif pajak 100 persen terhadap produk China. Langkah itu muncul sebagai respons atas keputusan Beijing yang membatasi ekspor bahan tanah jarang, komponen penting bagi industri teknologi dan manufaktur dunia.
Meski ancaman tarif memicu ketegangan, Trump berusaha menunjukkan niatnya untuk menjaga hubungan baik dengan Xi.
“Saya ingin bersikap baik kepada China. Saya menyukai hubungan saya dengan Presiden Xi. Kami memiliki hubungan yang hebat,” ujarnya, dikutip dari Live Mint.
Pernyataan itu mencerminkan strategi diplomasi pribadi Trump untuk meredakan konflik melalui komunikasi langsung dengan pemimpin China tersebut.
Trump juga menyoroti pentingnya ekspor kedelai AS ke China bagi perekonomian domestik. Ia berharap Beijing kembali membeli komoditas pertanian utama itu untuk mendukung petani Amerika yang terdampak perang dagang. Setelah pernyataannya, harga kedelai di Chicago Board of Trade melonjak ke level tertinggi dalam sebulan, menumbuhkan optimisme bahwa pasar terbesar bagi petani AS akan pulih.
2. Isu Taiwan kembali mewarnai hubungan AS-China

China tetap menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak menutup kemungkinan menggunakan kekuatan militer untuk menguasainya. Sementara itu, AS meski tidak secara resmi mengakui Taiwan sebagai negara, terus memberikan dukungan pertahanan sesuai undang-undang yang berlaku, menjadikannya sekutu penting di kawasan Indo-Pasifik.
Menanggapi isu tersebut, Trump menegaskan kepercayaan dirinya terhadap kekuatan militer negaranya.
“Kami memiliki yang terbaik dari segalanya, dan tidak ada yang akan mengacaukannya,” ujarnya.
Ia menambahkan keyakinannya bahwa China tidak akan menyerang Taiwan.
“Saya pikir kami akan baik-baik saja dengan China. China tidak ingin melakukan itu,” katanya.
Namun, Trump enggan menjawab apakah ia bersedia mengurangi dukungan terhadap Taiwan demi kesepakatan dagang dengan Beijing. Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri China memperingatkan agar Washington tidak memanfaatkan isu Taiwan sebagai alat politik.
“AS tidak boleh berilusi menggunakan isu Taiwan sebagai alat tawar untuk menahan China, juga tidak boleh bermain dengan api,” ujar juru bicaranya.
3. Rangkaian kunjungan Trump ke negara-negara Asia

Trump juga mengumumkan rencana tur diplomatik ke beberapa negara Asia pada akhir tahun ini. Selain menghadiri KTT ASEAN di Malaysia, ia berencana mengunjungi Jepang dan mempertimbangkan undangan ke Australia.
“Saya harus mempertimbangkannya dengan serius. Itu sangat mungkin terjadi,” ujarnya, dikutip dari Anadolu Agency.
Kunjungan tersebut menandai langkah baru dalam kebijakan luar negeri Trump yang berfokus pada peningkatan hubungan ekonomi dan keamanan di kawasan Asia-Pasifik. Ia berharap serangkaian pertemuan ini dapat memperkuat posisi AS sebagai mitra strategis di wilayah yang kini menjadi pusat perhatian geopolitik global.