Usai Libur Panjang, Rupiah Dibuka di Level Rp15.065 per Dolar AS

Jakarta, IDN Times - Pergerakan rupiah usai libur panjang Idul Adha justru makin melemah di level Rp15.065 per dolar AS pada pembukaan perdagangan, Senin (3/7/2023) pagi.
Mata uang Garuda melemah 72,5 poin atau 0,48 persen dibandingkan penutupan perdagangan pada Selasa (27/6/2023) sebesar Rp14.993 per dolar AS.
1. Inflasi AS turun, Rupiah bakal menguat
Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, mengatakan rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS di hari ini, setelah rilis data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS, yang menunjukkan inflasi AS menurun dibandingkan bulan sebelumnya.
"Ini membuka ekspektasi bahwa Bank Sentral AS bisa melonggarkan kebijakan pengetatan moneternya ke depan sehingga bisa mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," tuturnya kepada IDN Times, Senin (3/7/2023).
Dengan demikian, potensi potensi penguatan rupiah hari ini menuju ke arah Rp15.000 per dolar AS dengan resisten di kisaran Rp15.080 per dolar AS.
2. Ekspektasi pasar inflasi Juni turun
Sentimen positif juga hadir di dalam negeri, karena pasar berkeskpektasi data inflasi Juni yang akan dirilis BPS hari ini, akan menurun. Ekspektasi pasar inflasi Juni secara tahunan atau (YoY) mencapai 3,64 persen atau di bawah bulan sebelumnya yang berada di 4 persen (YoY).
"Inflasi yang mereda dan stabil bisa mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia," tuturnya.
Di sisi lain, pasar masih mewaspadai isu pelambatan ekonomi global, dengan perlambatan ekonomi sudah terjadi di Eropa dan China.
Sementara itu, data PMI manufaktur China yang akan dirilis sebentar lagi akan memberikan petunjuk ke pelaku pasar. Kekhawatiran menurunnya PMI manufaktur China, bisa mendorong pelaku pasar kembali masuk ke aset aman.
"Pasar juga masih berekspektasi bahwa the Fed akan menaikan suku bunga sebesar 25 bp pada rapat di bulan Juli ini sehingga perkembangan terbaru data AS yang positif bisa memperkuat ekspektasi tersebut dan bisa mendorong penguatan dollar AS lagi," tuturnya.
3. Inflasi AS turun, tapi sikap Hawkish the Fed masih berlanjut
Berbeda dengan Ariston, Analis pasar mata uang, Lukman Leong, mengatakan rupiah masih berpotensi melemah di kisaran Rp14.950 per dolar AS hingga Rp15.050 per dolar AS. Proyeksi pelemahan rupiah yang masih berlanjut, karena tertekan oleh prospek suku bunga the Fed yang meningkat akhir-akhir ini.
"Walau data inflasi PCE AS yang sedikit lebih lemah pada hari Jumat lalu, namun hal ini diperkirakan tidak akan merubah pandangan hawkish the Fed," tegasnya saat dihubungi.
Sementara itu data inflasi Juni diperkirakan akan mencapai 3,6 persen (YoY). Artinya proyeksi laju inflasi tersebut masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 3 ±1 persen.
Dengan target inflasi yang sudah tercapai, Lukman berpendapat bahwa BI berpotensi menurunkan suku bunga, hal ini positif bagi prospek ekonomi Indonesia dan rupiah jangka panjang.
Namun ini juga menjadi divergensi arah kebijakan suku bunga antara BI dengan the Fed yang membuat rupiah lebih kurang menarik (imbal hasil yang lebih rendah).
"Investor juga menantikan data manufaktur Caixin China yang diperkirakan akan menurun namun masih di atas batas pertumbuhan," tuturnya.