Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Terancam Tutup, VOA PHK 639 Karyawan hingga Pangkas 85 Persen Total

Ilustrasi PHK (freepik.com/freepik)
Ilustrasi PHK (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Voice of America (VOA) memecat 639 karyawan, melengkapi pemangkasan 85 persen tenaga kerja sejak Maret 2025.
  • Hal ini buntut dari perintah eksekutif Presiden Donald Trump pada Maret 2025, yang menginstruksikan pengurangan besar-besaran di lembaga-lembaga federal.

Jakarta, IDN Times - Voice of America (VOA), lembaga penyiaran internasional milik pemerintah Amerika Serikat (AS), berada di ambang penutupan setelah induk organisasinya, U.S. Agency for Global Media (USAGM), memecat 639 karyawan. Pemutusan ini melengkapi pemangkasan 85 persen tenaga kerja sejak Maret 2025, menandai potensi berakhirnya jaringan yang berdiri sejak 1942.

Kari Lake, penasihat senior USAGM, mengonfirmasi bahwa total 1.400 posisi telah dihapus, menyisakan hanya 250 karyawan di seluruh badan, termasuk VOA dan Office of Cuba Broadcasting.

“Ini langkah yang sudah lama diperlukan untuk membongkar birokrasi yang disfungsional, bias, dan boros,” ujarnya dikutip dari Yahoo News.

1. Pemangkasan massal atas perintah eksekutif

Langkah ini berasal dari perintah eksekutif Presiden Donald Trump pada Maret 2025, yang menginstruksikan pengurangan besar-besaran di lembaga-lembaga federal. VOA disebut Lake sebagai birokrasi kembung dan tidak akuntabel yang membebani anggaran negara.

Sebagian besar siaran VOA dihentikan sejak Maret, dan pegawai ditempatkan dalam cuti administratif berbayar. Pada Mei, lebih dari 500 kontraktor diberhentikan.

Gelombang pemecatan besar-besaran pada Jum'at (20/6/2025) mencakup staf siaran berbahasa Persia yang sebelumnya sempat diaktifkan kembali untuk meliput konflik Iran-Israel. Pemangkasan ini menuai kritik karena dinilai melemahkan peran VOA dalam menyebarkan nilai demokrasi Amerika, terutama saat propaganda global dari aktor negara seperti Rusia, Tiongkok, dan Iran semakin kuat.

2. Operasional lumpuh, fungsi VOA terancam

Dengan hanya sekitar 200 staf tersisa, VOA kehilangan kemampuannya menyampaikan berita objektif ke lebih dari 360 juta pendengar dalam 40 bahasa, terutama di negara-negara otoriter.

“Kita sedang menyaksikan kematian jurnalisme independen yang selama 83 tahun membela nilai demokrasi dan kebebasan,” kata Patsy Widakuswara, Kepala Biro VOA di Gedung Putih, dikutip The Independent.

“Menyusut dari lebih dari 1.300 menjadi hanya 80 staf, lalu mengklaim VOA tetap bisa berfungsi sesuai mandat hukum adalah absurd,” tambahnya.

Kelu Chao, mantan CEO USAGM, memperingatkan bahaya absennya VOA.

“Ketika Anda memukuli seseorang lalu meninggalkannya di jalan, bagaimana Anda bisa berharap mereka bangkit kembali?” katanya, dilansir NPR. Ia menegaskan, tanpa VOA, ruang informasi global bisa didominasi propaganda musuh.

3. Gugatan hukum dan kontroversi baru

Sejumlah staf, termasuk Widakuswara dan Direktur Strategi USAGM Kate Neeper, menggugat perintah eksekutif Trump, menilai presiden tak berwenang membubarkan lembaga yang dibentuk Kongres. Hakim Distrik Royce Lamberth sempat memerintahkan pengembalian staf, namun putusan itu ditunda pengadilan banding. Penolakan juga datang dari sejumlah anggota Kongres, termasuk Partai Republik.

“Moskow, Beijing, Teheran, dan kelompok ekstremis membanjiri ruang informasi dengan propaganda anti-Amerika. Jangan serahkan panggung ini dengan membungkam suara Amerika,” ujar Widakuswara, dilansir NPR.

Meski digugat, Lake tetap melanjutkan pemangkasan. Kini hanya 81 staf yang dipertahankan—termasuk 18 untuk VOA. USAGM juga memutus kontrak dengan kantor berita seperti Reuters dan Associated Press, dan menggandeng One America News Network, yang dikenal pro-Trump, sebagai penyedia konten. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran baru, hilangnya independensi redaksional yang selama ini menjadi landasan utama VOA.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us