Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Perilaku Sabotase Diri yang Bikin Keuanganmu Gak Pernah Stabil

ilustrasi mengatur keuangan
ilustrasi mengatur keuangan (pexels.com/Karola G)
Intinya sih...
  • Punya keyakinan negatif soal uang, seperti anggapan bahwa uang adalah sumber masalah, bisa membuat seseorang menolak peluang untuk punya kondisi finansial yang lebih baik.
  • Emosi berperan besar dalam keputusan finansial, seperti belanja karena stres atau takut menghadapi tagihan kartu kredit. Menghadapi ketakutan dan jujur dengan kondisi keuangan penting untuk stabilitas finansial.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah gak sih, kamu merasa sudah berusaha mati-matian untuk menabung, tapi uang di rekening kok ya gak pernah nambah? Atau mungkin kamu punya tujuan finansial yang jelas, tapi entah mengapa, selalu saja ada halangan yang bikin rencanamu berantakan.

Jangan-jangan, tanpa disadari, kamu sendiri yang menjadi musuh terbesar bagi kondisi keuanganmu. Fenomena ini disebut sabotase diri, di mana tindakan kita justru merusak tujuan dan kesejahteraan kita sendiri.

Dalam hal keuangan, ini adalah pola perilaku bawah sadar yang terus kita ulang dan akhirnya menghambat kemajuan finansial. Yuk, kenali empat perilaku sabotase diri yang mungkin tanpa sadar kamu lakukan, dan cara mengatasinya!

1. Punya keyakinan negatif soal uang

ilustrasi pegang uang US dollar (pexels.com/Kaboompics.com)
ilustrasi pegang uang US dollar (pexels.com/Kaboompics.com)

Banyak orang tumbuh dengan keyakinan bahwa uang adalah sumber masalah. Misalnya, kamu mungkin sering dengar kalimat “uang bikin orang serakah” atau “orang kaya itu sombong". Padahal tanpa sadar, pikiran seperti ini bisa bikin kamu menolak peluang untuk punya kondisi finansial yang lebih baik.

Keyakinan negatif soal uang bikin kamu gak nyaman untuk menabung atau investasi. Kamu jadi merasa bersalah saat punya uang lebih, seolah-olah itu sesuatu yang salah.

Padahal uang cuma alat, tergantung bagaimana kamu menggunakannya. Kalau kamu ubah cara pandang dan melihat uang sebagai sarana untuk hidup lebih tenang atau bantu orang lain, kamu bakal lebih bijak dalam mengelolanya.

Mulailah dengan mengenali pola pikir yang kamu punya tentang uang. Tanyakan ke diri sendiri: apakah aku melihat uang sebagai hal buruk, atau alat untuk mencapai kebaikan yang lebih besar? Mindset ini penting banget sebagai fondasi keuangan yang sehat.

2. Gak bisa mengatur emosi saat berhadapan dengan uang

ilustrasi belanja (pexels.com/Sam Lion)
ilustrasi belanja (pexels.com/Sam Lion)

Emosi punya peran besar dalam setiap keputusan finansial. Banyak orang belanja bukan karena butuh, tapi karena stres atau pengin merasa senang sesaat. Akibatnya, uang cepat habis untuk hal-hal yang gak penting.

Ketakutan dan rasa cemas juga bisa jadi pemicu sabotase diri. Misalnya, kamu takut lihat tagihan kartu kredit, jadi malah menghindar untuk mengecek jumlahnya.

Padahal semakin kamu menunda, makin besar bunga dan dendanya. Menurut para ahli keuangan, kunci kestabilan finansial adalah kemampuan menghadapi ketakutan itu dan berani jujur dengan kondisi keuanganmu sendiri.

Coba biasakan diri untuk menghadapi angka-angka itu tanpa panik. Bikin catatan pengeluaran dan pantau terus progresnya. Awalnya memang gak nyaman, tapi lama-lama kamu akan lebih tenang karena tahu jelas kondisi keuanganmu.

3. Terlalu sering menunda urusan keuangan

ilustrasi savings (pexels.com/Kaboompics.com)
ilustrasi savings (pexels.com/Kaboompics.com)

“Ah, nanti aja nabungnya'', “Minggu depan deh mulai investasi". Kalau kamu sering ngomong kayak gini, hati-hati. Menunda keputusan finansial bisa jadi bentuk sabotase yang paling umum, lho.

Menunda bikin kamu kehilangan momentum dan peluang. Contohnya, kamu terus tunda bayar utang sampai akhirnya bunganya menumpuk. Atau kamu gak segera mulai investasi, padahal makin cepat kamu mulai, makin besar efek compound interest (bunga berbunga) yang bisa kamu dapat.

Gak ada waktu yang sempurna untuk mulai mengatur keuangan, karena waktu terbaik itu sebenarnya sekarang. Mulailah dari langkah kecil, misalnya sisihkan 10 persen gaji untuk tabungan darurat. Sekecil apa pun, yang penting kamu bergerak. Lama-lama, kebiasaan ini akan jadi sistem finansial yang kokoh.

4. Terjebak mindset ingin cepat kaya

ilustrasi banyak uang (pexels.com/Kaboompics.com)
ilustrasi banyak uang (pexels.com/Kaboompics.com)

Siapa sih yang gak pengin punya uang banyak dalam waktu singkat? Tapi kalau kamu terlalu sering cari jalan instan, itu bisa jadi jebakan. Misalnya, kamu tergoda ikut investasi bodong, main judi online, atau beli aset spekulatif tanpa riset.

Kebiasaan ini bukan cuma bikin uangmu hilang, tapi juga menurunkan kepercayaan diri dalam mengelola keuangan. Setiap kali gagal, kamu jadi makin takut untuk mulai lagi. Padahal, kekayaan sejati datang dari proses panjang, bukan keberuntungan sesaat.

Kamu boleh sesekali ambil risiko, tapi tetap pastikan keputusanmu pakai logika, bukan emosi. Kalau mau hasil besar, fokuslah pada strategi jangka panjang seperti menabung rutin, investasi berkelanjutan, dan hidup sesuai kemampuan.

Mengatur keuangan bukan sekadar soal angka, tapi soal mengenal diri sendiri. Selama kamu masih punya pola pikir dan kebiasaan yang salah, berapa pun penghasilanmu gak akan cukup. Sadari perilaku sabotase diri yang mungkin selama ini kamu lakukan, lalu ubah pelan-pelan dengan langkah nyata.

Keuangan yang stabil bukan hasil dari keberuntungan, tapi dari disiplin dan kesadaran diri. Jadi mulai hari ini, berhenti sabotase diri sendiri dan mulai bentuk hubungan yang lebih sehat dengan uangmu, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

4 Penyebab Meningkatnya Permintaan Perak di Dunia Investasi

21 Okt 2025, 09:58 WIBBusiness