Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BI Pangkas Suku Bunga ke 4,75 Persen untuk Antisipasi Kebijakan The Fed

Logo Bank Indonesia
Logo Bank Indonesia
Intinya sih...
  • Kondisi fundamental domestik tetap kuat, inflasi rendah, dan pertumbuhan ekonomi baik.
  • Penempatan dana akan perkuat likuiditas perbankan melalui kebijakan fiskal pemerintah yang lebih ekspansif.
  • Sejak September 2024, suku bunga acuan sudah turun 6 kali untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN TimesBank Indonesia (BI) menilai terdapat probabilitas lebih dari 90 persen bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga acuannya besok.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan ekspektasi global ini menjadi salah satu pertimbangan utama BI saat memutuskan menurunkan suku bunga acuan ke level 4,75 persen.

“Kami memperkirakan dengan probabilitas lebih dari 90 persen Fed Fund Rate akan mulai turun. Itu menjadi salah satu pertimbangan penting dalam keputusan penurunan suku bunga hari ini,” ujar Perry dalam Konferensi Pers dalam RDG, Rabu (17/9/2025).

1. Kondisi fundamental domestik tetap kuat

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (unsplash.com/Mathieu Stern)
ilustrasi pertumbuhan ekonomi (unsplash.com/Mathieu Stern)

Selain faktor The Fed, BI juga menyoroti pelemahan indeks dolar Amerika Serikat (DXY) terhadap mata uang global maupun Asia. Pergerakan ini dinilai akan mendukung stabilitas rupiah.

Dari sisi domestik, Perry menegaskan kondisi fundamental tetap solid. Inflasi terjaga pada level rendah dan pertumbuhan ekonomi masih cukup baik. Meski begitu, BI menilai permintaan domestik perlu terus didorong agar perekonomian bergerak lebih optimal.

“Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan pemerintah, baik melalui kebijakan fiskal maupun sektoral, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi," tegasnya.

2. Penempatan dana akan perkuat likuiditas perbankan

WhatsApp Image 2025-09-15 at 16.19.41.jpeg
Infografis daftar Bank yang dapat suntikan Rp 200 Triliun. (IDN Time/Mohamad Rakan)

Di sisi lain, Perry menyambut baik kebijakan fiskal pemerintah yang lebih ekspansif, termasuk langkah pemindahan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun yang semula berada di kas Bank Indonesia, kini disalurkan ke lima bank nasional untuk menggerakkan sektor riil.

“Kebijakan ini dinilai mampu memperkuat likuiditas sekaligus mendukung sinergi fiskal dan moneter,” tambahnya.

Selain pemindahan dana pemerintah, Bank Indonesia (BI) juga terus meningkatkan likuiditas perbankan melalui berbagai instrumen kebijakan, antara lain penurunan penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp200 triliun, pembelian Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp217 triliun, serta pemberian insentif likuiditas senilai Rp384 triliun.

Dengan penurunan penerbitan SRBI sebesar Rp200 triliun, dana yang sebelumnya terikat di instrumen ini, kini kembali beredar di sistem perbankan. Begitu pula dengan pembelian SBN oleh BI sebesar Rp217 triliun, yang secara langsung menambah likuiditas di pasar.

Secara keseluruhan, langkah-langkah ini menunjukkan BI melakukan ekspansi likuiditas dalam jumlah signifikan, sehingga perbankan dan pelaku usaha memiliki lebih banyak dana untuk kredit, investasi, dan aktivitas ekonomi lainnya.

“Seperti yang kami lakukan, penurunan penerbitan SRBI sebesar Rp200 triliun, pembelian SBN Rp217 triliun, dan insentif likuiditas lainnya sebesar Rp384 triliun,” jelas Perry.

3. Sejak September 2024, suku bunga acuan sudah turun 6 kali

ilustrasi suku bunga (freepik.com/Freepik)
ilustrasi suku bunga (freepik.com/Freepik)

Sejak September 2024, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak enam kali. Alhasil, suku bunga acuan BI saat ini sudah mencapai 4,75 persen. Langkah ini menandai upaya bank sentral menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global, sekaligus memastikan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga.

Dengan kombinasi faktor eksternal dan domestik tersebut, BI menegaskan kebijakan moneter akan tetap diarahkan secara “all out” untuk mendukung pertumbuhan, sambil menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.

“Semua kami lakukan berdasarkan asas dan prinsip kebijakan moneter yang prudent dan terukur. Inflasi rendah, rupiah stabil, dan pertumbuhan ekonomi perlu terus didorong melalui sinergi kebijakan,” tegas Perry.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

5 Cara Cerdas yang Bisa Kamu Lakukan untuk Mengumpulkan Uang

17 Sep 2025, 22:00 WIBBusiness