Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Harga Bitcoin Lagi Turun, Waktunya Investasi?

Ilustrasi Bitcoin. (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Harga Bitcoin mengalami koreksi signifikan pada bulan ini. Dari sebelumnya melambung di atas 100 ribu dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1,76 miliar per BTC, kini turun ke level 97 ribu-an dolar AS atau sekitar, Rp1,58 miliar.

Berdasarkan catatan Indodax, harga Bitcoin bahkan menyentuh 95 ribu dolar AS pada 10 Februari 2-25 lalu. Menurut CEO INDODAX, Oscar Darmawan, penurunan harga Bitcoin adalah bentuk volatilitas pasar yang wajar.

“Dalam pasar yang dinamis seperti ini, koreksi harga adalah bagian dari siklus alami, di mana fluktuasi harga dapat mempengaruhi sentimen pasar. Namun, kami tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang Bitcoin," ujar Oscar dikutip Kamis, (13/2/2025).

1. Penyebab harga Bitcoin terkoreksi

Ilustrasi aset kripto. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Beberapa hari terakhir, koreksi harga itu sebagian besar dipicu oleh ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, terutama setelah pengumuman kebijakan tarif impor yang baru oleh Presiden Donald Trump yang berlaku pada Februari 2025.

Kebijakan tersebut memberikan dampak langsung terhadap pasar global, termasuk pasar aset kripto, dengan memicu aksi jual dalam jangka pendek.

Meskipun harga Bitcoin mengalami penurunan, permintaan terhadap aset kripto di Indonesia masih tinggi. Terlihat dari jumlah transaksi yang terus meningkat pada platform Indodax, yang mencapai Rp16,019 triliun sepanjang Januari 2025, atau sekitar 12,02 persen dari total transaksi selama 2024.

Oscar menilai, pasar kripto Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan, yang menandakan bahwa minat terhadap Bitcoin dan aset kripto lainnya tetap solid.

Beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi koreksi harga Bitcoin adalah ketidakpastian ekonomi global, terutama terkait dengan kebijakan fiskal negara besar dan fluktuasi suku bunga.

Oscar mengatakan faktor fundamental Bitcoin tetap kuat, termasuk adopsi yang semakin luas, baik oleh investor ritel maupun institusional.

“Di Indonesia, kami melihat pertumbuhan yang signifikan, tercermin dari data yang menunjukkan total transaksi kripto yang mencapai Rp650,61 triliun pada tahun 2024, sebuah lonjakan 4 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya," ucap Oscar.

2. Waktunya investasi pakai skema DCA

Ilustrasi investasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Oscar mengatakan, di tengah koreksi harga, para investor bisa mengikuti prinsip Dollar-Cost Averaging (DCA) yang dapat memperoleh keuntungan dalam jangka panjang.

"Koreksi harga ini bisa menjadi peluang bagi investor untuk membeli Bitcoin dengan harga lebih rendah, terutama bagi mereka yang memiliki pandangan jangka panjang," ujar Oscar.

Dia mengatakan, di Indonesia kestabilian aset kripto diperkuat dengan pengaturan dan regulasi baru.

"Regulasi yang jelas akan semakin mendorong adopsi Bitcoin dan aset kripto lainnya, menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pertumbuhan pasar dalam jangka panjang," tutur dia.

3. Harga Bitcoin bakal cepat rebound

ilustrasi cryptocurrency (IDN Times/Aditya Pratama)

Di sisi lain, potensi Bitcoin untuk rebound sangat besar. Dengan latar belakang pasar yang lebih matang dan kesadaran akan aset digital yang terus berkembang, dia meyakini harga Bitcoin akan kembali menunjukkan tren bullish dalam waktu dekat.

"Investor Indonesia semakin terbuka terhadap peluang yang ada di pasar kripto, dan kami di Indodax terus berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik serta edukasi yang diperlukan agar mereka dapat berinvestasi dengan bijak, meskipun di tengah volatilitas yang terjadi," kata Oscar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us