Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tanda Perlu Menolak Tawaran Utang, Cermati Dulu Kesepakatannya

ilustrasi uang (pexels.com/Jonathan Borba)
ilustrasi uang (pexels.com/Jonathan Borba)
Intinya sih...
  • Orang semakin hati-hati dalam meminjamkan uang karena pengalaman buruk seperti tidak dikembalikan, utang yang sulit dibayar, dan penawaran pinjaman yang datang saat tak diperlukan.
  • Peningkatan kehati-hatian orang dalam meminjamkan uang membuat sulitnya berutang saat membutuhkan, sehingga mudah menerima tawaran pinjaman yang datang dengan bunga tinggi.
  • Perlu waspada terhadap cara komunikasi pemberi pinjaman yang mendesak, serta pentingnya mendengarkan pengalaman orang lain untuk menghindari perangkap utang yang menimbulkan masalah berantai.

Sekarang makin banyak orang sadar akan pentingnya meningkatkan kehati-hatian sebelum kasih pinjaman uang pada siapa pun. Pengalaman uang tidak kembali, orang yang berutang malah lebih galak saat ditagih, dan sebagainya bikin mereka jera. Tentu kesediaan meminjamkan uang atau gak sepenuhnya hak mereka.

Akan tetapi, meningkatnya kehati-hatian orang dalam meminjamkan sejumlah dana berakibat sulitnya kamu berutang saat membutuhkan. Semua orang seperti menutup pintu rapat-rapat begitu tahu dirimu hendak meminjam sejumlah uang. Ini dapat membuatmu panik lalu akhirnya mudah saja menerima tawaran pinjaman yang datang.

Di matamu kehadiran orang tersebut bak malaikat penolong. Namun, ending-nya malah boleh jadi kebalikannya. Terlepas kamu lagi sangat membutuhkan uang atau tidak, jangan sembarangan menerima pinjaman uang dalam bentuk tunai atau talangan pembayaran. Jika situasimu seperti di bawah ini, menolak tawaran utang adalah tindakan yang tepat.

1. Lagi gak butuh, jangan sampai tergoda

ilustrasi perjanjian (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi perjanjian (pexels.com/Ron Lach)

Tawaran pinjaman tak selalu datang hanya saat kamu mencarinya ke sana kemari karena ada kebutuhan. Dirimu lagi gak butuh dana tambahan pun terkadang ada pihak yang mendatangi atau menghubungimu dan menawarkan utang. Mungkin ia membujukmu dengan sejumlah keuntungan jika dirimu mengambil pinjaman itu.

Apa pun yang dikatakannya, jangan sampai kamu luluh dan mau saja mengambil dana itu. Pinjaman tetap pinjaman yang tak hanya harus dikembalikan, tetapi juga pasti ada bunganya. Plus perjanjian lain apabila dirimu sampai tidak dapat melunasinya. Berpeganglah pada fakta bahwa kamu tak memerlukannya. Jangan malah dirimu mengembangkan berbagai keinginan yang tadinya gak ada.

2. Kebutuhan masih bisa dipenuhi dengan uang sendiri meski mepet

ilustrasi percakapan (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi percakapan (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Andai pun orang yang menawarkan pinjaman muncul bertepatan dengan kamu sedang memiliki sejumlah kebutuhan, jangan lantas menerimanya. Kamu harus betul-betul mengukur kemampuanmu saat ini. Meski tabunganmu mepet, bayar kebutuhan itu dengan dana sendiri. Hindari dirimu berpaling pada utang dengan maksud menjaga saldo rekeningmu.

Bila kamu memenuhi kebutuhan dengan uang sendiri tak ada bunga yang mesti dibayarkan. Tapi begitu dirimu memilih berutang, total cicilan sampai selesai nanti boleh jadi melebihi seluruh uangmu hari ini. Lebih baik dirimu hidup hemat selepas banyak uang pribadi terpakai untuk mencukupi kebutuhan daripada terjerat utang.

3. Bunganya tinggi

ilustrasi menghitung (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi menghitung (pexels.com/RDNE Stock project)

Jika kamu tidak ada dana lagi dan terpaksa kudu berutang, tak semua pinjaman cocok untukmu. Perhatikan bunga yang mesti dibayarkan. Meski proses pencairan dana sangat mudah, hindari kalau bunganya ternyata tinggi sekali. Bisa-bisa ke depan kamu gak pernah mampu membayar cicilan 100 persen.

Akibatnya, cicilan bulan berikutnya tambah berat. Totalnya menjadi berlipat-lipat karena bunganya. Sebisa mungkin cari pinjaman tanpa bunga seperti pada saudara yang mampu dan baik hati. Atau, pada pemberi kerja yang dapat langsung memotong gajimu setiap bulan sebagai cicilan serta tanpa bunga. Bila pinjaman tanpa bunga tidak ada, cari bunga yang paling rendah dan gak naik dari tahun ke tahun.  

4. Masih ada barang yang dapat dijual

ilustrasi perjanjian (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi perjanjian (pexels.com/RDNE Stock project)

Tak sedikit orang yang merasa sayang melepas barang buat memenuhi kebutuhannya sendiri. Mereka malah memilih berutang yang mengharuskannya membayar bunga. Padahal, jika mereka menjual satu barang saja gak perlu utang. Pun penjualan itu sebetulnya tak lantas bikin hidup mereka terhenti.

Sebagai contoh, seseorang punya dua sepeda motor. Tidak semuanya selalu dipakai. Maka salah satunya semestinya bisa dijual kala ada kebutuhan yang tak lagi dapat ditutup dengan gaji atau dana darurat. Tapi ia malah marah bila dikasih saran begitu. Kamu gak boleh menirunya. Tidak usah terlalu takut kehilangan barang yang kelak bisa dibeli lagi. Lebih takutlah jika dirimu terjerat utang dan kesulitan membayarnya.

5. Cara menawarkannya saja bikin gak nyaman

ilustrasi perjanjian utang (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi perjanjian utang (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ada orang yang pekerjaannya memang menawarkan pinjaman ke mana-mana. Ia bisa bekerja sendiri atau dipekerjakan oleh pihak yang memiliki dana besar buat dipinjamkan. Dari semua orang yang menawarkan pinjaman padamu, lihat caranya dalam berkomunikasi.

Seharusnya sih, gak ada sedikit pun unsur paksaan untukmu mengambil pinjaman. Kamu harus waspada pada orang yang menawarkan pinjamannya dengan nada mendesak. Seolah-olah dirimu bakal rugi bahkan dalam bahaya apabila tak memanfaatkan pinjaman itu.

Cara begini mengindikasikan dia sedang kejar setoran demi targetnya mencari nasabah terpenuhi. Dirimu tak perlu berbaik hati mengambil utang hanya untuk kepentingannya. Pun bila komunikasi di awal sudah tidak menyenangkan, apalagi nanti ketika ia atau temannya menagih cicilan.

6. Pengalaman negatif orang yang pernah meminjam darinya

ilustrasi percakapan (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi percakapan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Walaupun kamu sedang butuh suntikan dana, cari tahu dan dengarkan pengalaman orang-orang yang pernah meminjam uang di suatu tempat atau pada seseorang. Itu akan meningkatkan kewaspadaanmu. Boleh jadi hampir semua orang yang menawarkan pinjaman bermanis-manis di awal. Namun, setelahnya siapa yang tahu? 

Satu orang saja memiliki pengalaman buruk ketika meminjam uang di sana, dirimu mesti hati-hati sekali. Apalagi kalau banyak orang punya pengalaman serupa. Seperti bunga dinaikkan sesuka hati; ancaman bila mereka menolak bunga itu; sampai aksi perampasan barang, penganiayaan, atau penyebaran data pribadi.

7. Jaminan jauh lebih mahal daripada pinjaman

ilustrasi kunci (pexels.com/Jakub Zerdzicki)
ilustrasi kunci (pexels.com/Jakub Zerdzicki)

Sebenarnya pemberi pinjaman juga gak salah kalau meminta barang sebagai jaminan seandainya kamu gagal membayar. Cara ini diambil supaya pihak pemberi utang tak rugi. Hanya saja, seharusnya antara nilai barang yang dijadikan jaminan dengan uang yang dipinjam hampir setara. Bukan barang jaminan bernilai jauh lebih tinggi dari utang.

Misalnya, kamu butuh uang 20 juta rupiah. Sepeda motormu sudah senilai pinjaman pokok plus bunga dan semestinya bisa dijadikan jaminan. Namun, seseorang gak mau menerimanya. Ia dengan seenaknya meminta membawa mobil bahkan sertifikat rumahmu.

Jangan pernah kamu memberikan jaminan yang berkali-kali lipat dari nilai pinjaman sekalipun ia masih saudaramu. Takutnya dirimu bakal ditipu. Gak masalah baginya kehilangan uang 20 juta rupiah karena dia bisa membawa kabur mobilmu atau melakukan kecurangan dengan sertifikat rumahmu yang nilainya ratusan juta rupiah.

Adanya tawaran utang atau pinjaman dana memang menggiurkan. Akan tetapi, kamu wajib berhati-hati sebelum memanfaatkannya. Cegah dirimu masuk ke perangkap utang yang malah menimbulkan masalah berantai dengan mengenali tanda-tanda menolak tawaran utang. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us