Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Sisi Gelap Hidup Frugal Living yang Diam-diam Bisa Merusak Hidupmu

ilustrasi frugal living (vecteezy.com/Towfiqu ahamed barbhuiya)
Intinya sih...
  • Tertekan secara mental karena terus-menerus memikirkan uang.
  • Kehilangan momen berharga dalam hidup.
  • Terjebak dalam mindset harus selalu sempurna.

Frugal living atau hidup hemat sering dianggap sebagai solusi untuk mengatur keuangan dengan lebih baik. Banyak orang mengadopsi gaya hidup ini untuk menghindari utang, menabung lebih banyak, dan hidup lebih sederhana.

Tapi, tahukah kamu bahwa terlalu ekstrem dalam frugal living bisa berdampak negatif? Di balik manfaatnya, ada sisi gelap yang jarang dibahas, mulai dari stres berlebihan hingga merenggangkan hubungan sosial.

Artikel ini akan mengungkap tujuh sisi gelap frugal living yang bisa merusak hidupmu diam-diam. Dengan mengetahui risikonya, kamu bisa menemukan keseimbangan antara berhemat dan menikmati hidup.

1. Tertekan secara mental karena terus-menerus memikirkan uang

ilustrasi stres masalah uang (freepik.com/stockking)

Mengatur keuangan memang penting. Tapi kalau kamu terus-menerus memikirkan cara menghemat, mengejar diskon, atau merasa bersalah setiap kali belanja, ini bisa bikin lelah secara mental.

Kamu jadi gak bisa menikmati hal-hal kecil tanpa dihantui rasa bersalah. Bahkan, keputusan sederhana seperti nongkrong dengan teman bisa terasa berat karena terlalu fokus pada pengeluaran. Dalam jangka panjang, ini bisa memicu stres dan rasa cemas yang berlebihan.

2. Kehilangan momen berharga dalam hidup

ilustrasi stres masalah uang (freepik.com/wayhomestudio)

Kamu mungkin sering menolak ajakan liburan, nonton konser, atau sekadar makan malam bareng sahabat karena merasa itu pemborosan. Padahal, pengalaman semacam itu justru bisa memperkaya hidupmu secara emosional, lho.

Kalau terlalu sering bilang “enggak” demi menghemat, kamu bisa kehilangan momen-momen berharga yang gak bisa dibeli dengan uang. Lama-lama kamu merasa kosong, karena hidup cuma tentang menahan diri tanpa menikmati hasilnya.

3. Terjebak dalam mindset harus selalu sempurna

ilustrasi belanja kebutuhan sehari-hari (pexels.com/Michael Burrows)
ilustrasi belanja kebutuhan sehari-hari (pexels.com/Michael Burrows)

Dalam dunia frugal living, kamu bisa merasa wajib selalu buat keputusan keuangan yang “benar”. Misalnya, selalu cari harga termurah, gak boleh beli barang baru, atau semua harus dihemat habis-habisan.

Masalahnya, hidup gak selalu ideal. Kadang kamu butuh fleksibilitas untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. Kalau kamu terlalu keras sama diri sendiri, bisa-bisa malah merasa gagal atau gak pernah puas dengan pencapaianmu sendiri.

4. Menguras waktu secara berlebihan

ilustrasi masak steak (unsplash.com/Hoi An Photographer 호이안 사진 촬영)
ilustrasi masak steak (unsplash.com/Hoi An Photographer 호이안 사진 촬영)

Frugal living bisa bikin kamu merasa harus melakukan semuanya sendiri demi hemat. Mulai dari masak, menjahit baju robek, sampai keliling pasar cari harga termurah.

Memang bisa menghemat uang, tapi waktu dan energi yang kamu keluarkan juga gak sedikit. Dalam jangka panjang, kamu bisa kelelahan dan kehilangan waktu berkualitas untuk hal-hal penting lainnya, seperti istirahat, belajar, atau kumpul bareng keluarga.

5. Menimbulkan jarak dengan lingkungan sosial

ilustrasi kesepian (pexels.com/mikoto.raw Photographer)
ilustrasi kesepian (pexels.com/mikoto.raw Photographer)

Kalau kamu sering menolak ajakan nongkrong atau traktiran ulang tahun teman, mereka bisa salah paham. Mungkin mereka gak tahu kamu sedang berhemat, tapi malah menganggap kamu pelit atau gak peduli.

Lama-kelamaan, kamu bisa merasa terasing dari lingkungan sosial. Dalam jangka panjang, ini bisa menimbulkan rasa kesepian atau membuat hubungan jadi renggang.

6. Menutupi masalah psikologis yang lebih dalam

ilustrasi stres masalah uang (freepik.com/shurkin_son)

Kadang, kebiasaan hidup hemat ekstrem muncul bukan karena alasan logis, tapi karena rasa takut berlebihan terhadap masa depan, pengalaman finansial buruk di masa lalu, atau keinginan kuat untuk mengontrol segala hal. Kalau kamu merasa cemas setiap kali mengeluarkan uang atau selalu merasa bersalah setelah belanja, bisa jadi ada masalah psikologis yang belum terselesaikan.

Daripada terus menekan diri, ada baiknya kamu refleksi dan cari tahu akar dari pola pikir tersebut. Kalau perlu, jangan ragu untuk ngobrol dengan profesional supaya kamu bisa menemukan cara mengelola keuangan dengan lebih sehat dan seimbang.

7. Meledak dalam bentuk kompensasi berlebihan

ilustrasi liburan mewah (vecteezy.com/Akarawut Lohacharoenvanich)
ilustrasi liburan mewah (vecteezy.com/Akarawut Lohacharoenvanich)

Adakalanya kamu merasa sudah berjuang terlalu keras menahan diri. Akibatnya, kamu bisa kalap saat ada kesempatan. Misalnya, belanja besar-besaran setelah berbulan-bulan hemat, atau booking liburan mahal karena merasa “pantas” mendapat reward.

Sayangnya, pola semacam ini bisa mengacaukan rencana keuanganmu. Hidup jadi siklus antara menahan dan menghamburkan, bukan kestabilan yang sehat dan terencana.

Hidup hemat tentu pilihan yang bijak, apalagi di tengah ekonomi yang gak menentu. Tapi penting juga untuk jaga keseimbangan antara mengatur keuangan dan tetap menikmati hidup. Frugal living seharusnya jadi alat untuk hidup lebih baik, bukan sumber tekanan baru. Jangan sampai kamu kehilangan arah dan lupa bahwa uang itu alat, bukan tujuan.

Jadi, gak ada salahnya sesekali ngopi bareng teman, beli barang yang kamu suka, atau jalan-jalan ke tempat yang kamu impikan. Kalau semua itu dilakukan dengan sadar dan terencana, kamu tetap bisa hemat tanpa kehilangan kebahagiaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us