[PUISI] Aku Menerima, Bukan Lupa

Gelisah sirna di ujung mata
Aku lebih tenang dari diriku beberapa tahun lalu
Tapi tetap saja, masih ada serpihan yang tertinggal
Mereka tertancap di relung hati terdalam
Dulu, aku terlena pada dendam
Batinku bergeming tanpa kata
Hasrat ingin mencengkram semakin kuat
Lama-lama aku tersiksa oleh kekesalanku sendiri
Aku pun menerima luka itu
Luka adalah bagian dari diriku yang utuh
Mereka merambat perlahan-lahan di kulitku
Menjalar di darahku, di seluruh tubuhku
Terasa menyayat tapi mendewasakan
Luka-luka menghitung waktu
Mereka ternyata berubah sebagian
Dari menyakitkan menjadi kebangkitan
Tapi aku tidak pernah melupakan, tidak akan
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.