Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Aku Mimpi Buruk Dua Kali Semalam

ilustrasi kamar tidur (unsplash.com/Irham Setyaki)
ilustrasi kamar tidur (unsplash.com/Irham Setyaki)

Dalam yang pertama, itu bukan kamu.
Tidak, itu bukan suaramu yang memanggil dari balik pintu
yang tidak pernah ada di kamarku.
Aku tidak melihat wajah, hanya sebuah bentuk
yang berdiri di sudut kelam yang tidak bernama.
Ia tidak mengancam, tidak pula mendekat,
hanya diam.

Ini bukan takut, aku bersumpah, bukan takut.
Hanya suara yang tidak kunjung pamit.

Lalu aku terjaga.
Tidak, aku tidak berkeringat. Jantungku tidak berdebar kencang.
Aku menyentuh lantai, bukan untuk memastikan aku nyata,
tapi untuk merasakan sesuatu selain hampa.
Jam dinding tanpa baterai menatapku, jarumnya tidak lagi berdetak,
tidak juga lelah. Ia bukan penanda waktu, melainkan saksi bisu.
Kunyanyikan lagu yang tidak kuingat nadanya,
liriknya tentang sebuah rumah yang tidak pernah jadi.
Aku tidak sedang mencoba menenangkan diri.

Sungguh tidak.

Dan dalam kantuk yang kedua, kamu datang.
Kali ini aku tidak bisa lagi menyangkal.
Itu kamu.
Kamu datang tidak membawa air, tidak pula api.
Tidak ada jerit, tidak ada darah.

Hanya langkahmu yang tidak pernah terdengar, namun terasa di ubin.
Kamu duduk di tepi ranjang, punggungmu tidak menghadapku,
tapi aku tahu matamu sedang menatap jendela yang tidak pernah kubuka.

Kamu tidak berkata apa-apa.
Bibirmu tidak bergerak.
Namun aku mendengar kau berkata,
"Ini bukan mimpi."

Pagi ini, ketika cahaya menyelinap masuk,
aku tidak menemukan apa-apa.
Tidak ada jejakmu, tidak ada sisa dingin di tempat kau duduk.
Hanya ada sekuntum anyelir dari retak langit-langit,
warnanya bukan merah, bukan pula putih.
Aku tidak tahu lagi, apakah aku sudah benar-benar terjaga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Fiction

See More

[PUISI] Suara Sumbang di Persimpangan

18 Sep 2025, 23:15 WIBFiction
ilustrasi patung malaikat

[PUISI] Himne Malaikat

18 Sep 2025, 20:48 WIBFiction
ilustrasi merenung

[PUISI] Doa Saja Tak Cukup

17 Sep 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi seorang cewek di garis start

[PUISI] Memulai Kembali

15 Sep 2025, 20:08 WIBFiction
ilustrasi anak-anak kecil yang bahagia (freepik.com/jcomp)

[PUISI] Anak-Anak Cahaya

15 Sep 2025, 18:47 WIBFiction
ilustrasi bersedih

[PUISI] Duka Membalut Raga

15 Sep 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi pasangan remaja

[PUISI] Cinta Remaja

14 Sep 2025, 21:38 WIBFiction