[PUISI] Hujan yang Menyimpan Namamu

Hujan jatuh seperti bait yang tak selesai,
membasahi jalan yang sudah lama menunggu langkahmu.
Aku biarkan tubuhku basah,
agar rinduku punya alasan untuk menggigil.
Ada harum tanah yang tiba-tiba mengingatkan,
pada percakapan yang tak pernah kita tamatkan.
Setiap tetes di jendela adalah tanda baca,
yang menegaskan betapa sunyi bisa begitu ramai.
Aku mendengar hujan seperti mendengar musik,
lirih, repetitif, tapi jujur.
Seolah langit sedang menyalin isi dadaku,
dan menumpahkannya tanpa sensor.
Di bawah cahaya lampu jalan,
butir-butir itu menari seperti rahasia kecil.
Aku hampir ingin mengulurkan tangan,
menyentuh sesuatu yang tak pernah jadi milikku.
Dan pada akhirnya, hujan pun berhenti,
meninggalkan aroma yang samar di udara.
Kesepian ini kembali telanjang,
tapi masih ada sisa basah—
yang mengingatkanku, kau pernah jatuh di sini.