[PUISI] Langit Merindukan Warna Jingga

Sebelum menuju petang, aku selalu menghampiri danau.
Duduk di atas taman sambil melihat langit yang selalu bersedih.
Mengeluarkan secarik kertas kecil dan membacanya.
Aku terdiam, bersandar pada pohon besar di belakangku.
Mencoba merekam semua kejadian yang baru saja terjadi begitu cepat.
Hanya dari notifikasi sebuah benda elektronik, aku bisa mengeluarkan air mata.
Orang yang aku harap bisa menemaniku sampai di ujung tanduk nyawa ini, ternyata salah besar.
Berharap pada insan lain adalah satu dari beribu cara untuk membodohi diri sendiri.
Akan datang saatnya ketika semua orang akan meninggalkan dirimu, termasuk juga raga yang ada pada dirimu.
Langit yang terus merajuk sedaritadi, kini semakin gelap lagi.
Rintik air dari langit mulai turun membasahi bajuku.
Tak biasanya langit bersikap seperti itu kepadaku.
Hari itu, aku tak diberikan izin untuk menatap langit jingga oleh semesta.

















