[PUISI] Malas yang Tak Ingin Pergi

Ada hari-hari ketika tubuhku
menjadi kerajaan yang tak ingin digerakkan,
pikiran melayang seperti asap dupa
yang sengaja menunda jatuh
karena dunia terasa terlalu bising untuk ditangani.
Malas ini bukan sekadar enggan bergerak,
ia menjelma kabut yang melingkari kepala,
menunda niat, memperlambat tekad,
menjadikan setiap langkah
sepelan tekad yang sedang menua.
Aku berdamai dengannya, lalu jengkel padanya,
lalu kembali menyerah dalam putaran yang sama,
seakan energi hidupku menjadi koin terakhir
yang harus kuhitung berulang
sebelum kutentukan mau hidup atau rebah lagi.
Dan pada akhirnya aku sadar,
malas ini bukan musuh,
melainkan isyarat tubuh
yang terlalu lama kupaksa berlari.
Ia bertahan
karena aku belum sepenuhnya belajar menjalani hari
tanpa memikul beban yang tak seharusnya kujalani.


















