Di balik jeruji yang membisu
Aku belajar menurunkan gengsi pada takdir
Tak lagi melawan arah angin
Karena di sini semua angin terasa sama
Aku pernah menyesal
Menyimpan amarah seperti batu di dada
Hingga malam-malam menolak tidur
Dan doa hanya menjadi gema di dinding lembab
Namun, waktu menimpa perlahan
Mengikis tepi hati yang tajam
Mengajari bahwa ikhlas bukan berarti kalah
Tapi menerima luka sebagai bagian dari pulang
Kini aku menatap cahaya kecil di celah besi
Tak lagi menanyakan kapan bebas
Karena jiwa telah lebih dulu terbang
Melepas dunia
Dengan tenang