[PUISI] Sebatas Canda

Sekian purnama aku menjadi rumah untukmu pulang
Kutunggu ragamu datang meski kamu sibuk berpetualang
Tidak pernah kutaruh keraguan bahkan perasaan bimbang
Kurelakan seluruh detik berhargaku hilang dan terbuang
Katakan padaku apa rasa sayangku masihlah terasa kurang
Bukan lagi perkara sabar
Hatiku sudah kebal meski kamu sukar bertukar kabar
Bagiku perihal tentangmu tak pernah berubah hambar
Hingga dusta-dustamu berubah wujud menjadi sebuah bencana besar
Seolah menyulut api panas liar berkobar
Kala itu badai datang bersama mentari yang bersinar cerah
Ragaku tegar hatiku pecah
Butir air mataku seperti memaksa-maksa meminta tumpah
Beserta hamparan kenangan dan janji manis serupa sampah
Terbuang bersama lembaran kisah rumpang yang membasah
Canda tawa berdua kini hanya candu dalam kepala
Berkeliaran bagai debu jalanan yang tidak tahu tujuannya harus kemana
Kemudian berakhir bagai ilalang yang sengaja dibakar habis
Menjelma layaknya asap pekat yang siap sisakan tangis
Bolehkah aku menanyakan satu hal sederhana,
Bagaimana lucunya saat cinta kamu jadikan bahan bercanda?