Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Surat Terakhir dari Bapak

ilustrasi pria tua sedang membaca surat kabar (pexels.com/Craig Dennis)
ilustrasi pria tua sedang membaca surat kabar (pexels.com/Craig Dennis)

Sari menghela nafas panjang saat melihat kotak besar yang berisi pakaian dan barang-barang ayahnya. Hati Sari hancur ketika ayahnya meninggal dunia karena penyakit kanker. Dia merindukan suara ayahnya, candaannya, dan kehadirannya yang selalu memberi semangat dalam hidupnya.

Sari melanjutkan rutinitas harian seperti biasa, tetapi rasanya sulit untuk berpura-pura bahagia. Setiap malam, ia menangis seorang diri dan merenungkan semua kenangan indah yang tercipta bersama sang ayah. Sampai suatu hari, Sari menemukan sebuah surat berwarna kuning di meja kecil di sudut kamar ayahnya.

"Sari, ini surat terakhir dari ayahmu," kata ibunya dengan suara serak ketika Sari membuka amplop surat itu.

Sari merasakan bulir air mata mengalir di pipinya ketika membaca kata-kata terakhir ayahnya. Dalam surat itu, ayahnya meminta maaf karena harus meninggalkan Sari sedini ini, tetapi memberikan beberapa pesan penting yang dapat membantu Sari untuk melanjutkan hidupnya tanpa kehadirannya.

"Sari, kau adalah anak yang kuat dan berbakat. Ayah selalu bangga padamu dan yakin bahwa kau akan mencapai segala impianmu. Jangan biarkan kehilangan ayah membuatmu kehilangan semangat. Teruslah berjuang, Sari. Dan jangan lupa untuk selalu mencintai dan menghargai ibumu," tulis ayahnya.

Sari mengusap air matanya dan merasa lega bahwa ayahnya meninggalkan pesan penting untuknya. Ayahnya selalu menginspirasi Sari untuk menjadi orang yang kuat dan berjuang untuk mencapai tujuan hidupnya. Sekarang, dengan pesan terakhir ayahnya, Sari merasa memiliki tujuan hidup yang lebih jelas lagi.

"Sari, apakah kau baik-baik saja?" tanya sahabatnya, Maya, saat Sari duduk di taman kota.

"Ya, aku baik-baik saja. Ayahku meninggalkan pesan penting untukku. Aku tahu sekarang bahwa aku harus menjadi orang yang kuat dan berjuang untuk mencapai impianku," jawab Sari sambil tersenyum.

"Ayahmu selalu bangga padamu, Sari. Aku yakin dia akan selalu bersamamu dalam setiap langkah yang kau ambil," kata Maya dengan lembut.

Sari merasa bahagia bahwa ada teman yang selalu mendukungnya. Dia tahu bahwa ayahnya tidak akan kembali lagi, tetapi Sari yakin bahwa pesan dan kenangan dari ayahnya akan selalu memberinya kekuatan untuk terus maju dalam hidup.

Sari membuka surat terakhir ayahnya setiap kali merasa kehilangan semangat. Setiap kata-kata yang ditulis di dalamnya selalu memberinya kekuatan untuk melangkah maju dalam hidup. Meski kehilangan sang ayah masih menyisakan kesedihan di hatinya, dari pesan yang ditinggalkan oleh sang ayah Sari belajar untuk menghadapi kehidupan dengan kepala tegak dan semangat yang tinggi.

"Kenangan itu takkan pernah hilang, Nak," kata sang ayah dalam surat terakhirnya. "Tapi, jangan biarkan kehilangan merusak hidupmu. Tetaplah menjadi orang yang berani, tangguh, dan kuat, seperti yang selalu kuminta padamu."

Sari merasa sangat tersentuh oleh pesan-pesan yang tertulis di dalam surat itu. Ia menyadari bahwa ayahnya tidak ingin dirinya terus larut dalam kesedihan dan rasa kehilangan yang mendalam. Ayahnya ingin Sari bangkit dari keterpurukan dan terus melangkah maju dalam hidupnya.

Membaca surat terakhir ayahnya juga membuat Sari merasa lebih dekat dengan ayahnya meski ia sudah tidak berada di dunia ini lagi. Ia merasa bahwa ayahnya selalu hadir dalam hatinya, memberikan dukungan dan cinta yang tak tergantikan.

Sari juga menghargai keluarganya lebih dari sebelumnya setelah membaca surat terakhir ayahnya. Ia menyadari betapa besar peran ibunya dalam hidupnya dan berjanji akan selalu ada untuk ibunya dan keluarganya.

Hingga saat ini, Sari masih membuka surat terakhir ayahnya setiap kali ia merasa lelah atau kehilangan semangat. Setiap kali membacanya, ia selalu merasa ada kekuatan baru yang datang untuk mendorongnya melangkah maju.

Surat terakhir dari ayahnya telah memberikan Sari kekuatan dan inspirasi yang tak terhingga. Ia tahu bahwa pesan-pesan dan kenangan yang ditinggalkan oleh sang ayah akan selalu ada di hatinya. Itulah yang membuatnya merasa lebih kuat dan berani menghadapi hidupnya yang baru tanpa kehadiran sang ayah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Fiction

See More

[PUISI] Rindu Paling Syahdu

09 Nov 2025, 05:15 WIBFiction
ilustrasi perempuan sedang merenung

[PUISI] Satu Tahun Lagi

09 Nov 2025, 05:04 WIBFiction
Potret Jakarta malam hari

[PUISI] Kota Seribu Angan

08 Nov 2025, 19:15 WIBFiction
Murung

[PUISI] Ingkar

08 Nov 2025, 18:07 WIBFiction
ilustrasi pasangan berjalan bersama

[PUISI] Berjalan di Luka

08 Nov 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi seorang lelaki yang melamun di pinggir sungai

[PUISI] Sungai Kenangan

07 Nov 2025, 21:07 WIBFiction
Foto wanita duduk sambil menunjukkan tangan tanda hati

[PUISI] Cinta Sepihak

07 Nov 2025, 20:07 WIBFiction
ilustrasi kacamata

[PUISI] Kacamata Kusam

07 Nov 2025, 18:07 WIBFiction
ilustrasi sampah

[PUISI] Sampah Emosi

07 Nov 2025, 05:04 WIBFiction
Seorang pria sedang mengusap air matanya.

[PUISI] Tentang Tangis

06 Nov 2025, 21:07 WIBFiction
ilustrasi berdiri di bawah bintang

[PUISI] Tarian Gemintang

06 Nov 2025, 20:17 WIBFiction
ilustrasi bintang

[PUISI] Pangkuan Bintang

06 Nov 2025, 17:07 WIBFiction
ilustrasi berkata tidak

[PUISI] Tanpa Permisi

06 Nov 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi langit (pexels.com/Francesco Ungaro)

[PUISI] Langit Tetap Biru

05 Nov 2025, 05:04 WIBFiction