Mitos Vs Fakta: Benarkah Gorengan Lebih Enak Pakai Minyak Jelantah?

Gorengan menjadi camilan favorit yang sulit ditolak oleh banyak orang. Pedagang kaki lima hingga restoran besar menyajikan aneka gorengan dengan cita rasa khas.
Dalam proses pemasakannya, minyak jelantah kerap digunakan untuk menggoreng demi alasan efisiensi biaya produksi. Penasaran dengan fakta di balik penggunaannya? Yuk, simak pembahasannya lebih dalam!
1. Minyak jelantah bisa meningkatkan cita rasa?

Banyak yang percaya kalau minyak jelantah membuat gorengan lebih renyah dan gurih. Residu bumbu serta sisa bahan makanan dalam minyak bekas menciptakan lapisan rasa tambahan pada gorengan. Proses ini memang memberikan efek tertentu, tetapi bukan berarti lebih sehat atau lebih enak dibanding minyak baru.
Minyak yang sudah dipakai berulang kali mengalami degradasi senyawa lemak. Pemanasan berulang menghasilkan senyawa beracun yang mengubah rasa makanan. Kandungan ini justru bisa membuat gorengan memiliki aftertaste pahit jika digunakan terlalu lama.
2. Apakah minyak jelantah aman untuk digunakan?

Banyak pedagang memilih minyak bekas karena lebih hemat dibanding minyak baru. Sayangnya, minyak yang dipakai berkali-kali mengandung senyawa oksidasi yang berbahaya bagi tubuh. Zat ini bisa memicu berbagai penyakit serius jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Paparan suhu tinggi secara terus-menerus menyebabkan minyak kehilangan kandungan antioksidan alaminya. Proses oksidasi tersebut menciptakan senyawa radikal bebas yang berisiko menyebabkan peradangan. Semakin sering minyak dipakai, semakin tinggi potensi bahayanya bagi kesehatan tubuh.
3. Benarkah minyak bekas membuat gorengan lebih krispi?

Sebagian orang menganggap minyak jelantah bisa menghasilkan tekstur lebih renyah. Residu makanan dalam minyak bekas memang dapat membantu pembentukan kerak pada permukaan gorengan. Efek ini menciptakan ilusi kerenyahan yang disukai banyak orang.
Namun, minyak yang sudah terlalu lama dipakai justru membuat gorengan lebih berminyak. Struktur lemak yang rusak menyerap lebih banyak minyak ke dalam makanan. Akibatnya, gorengan terasa lebih berat dan kurang nikmat saat dikonsumsi.
4. Apakah minyak jelantah bisa didaur ulang?

Beberapa orang mencoba mendaur ulang minyak bekas agar lebih aman digunakan kembali. Metode seperti penyaringan atau penambahan bahan penyerap bau sering dilakukan untuk memperpanjang umur pakai minyak. Sayangnya, cara ini tidak menghilangkan senyawa berbahaya yang terbentuk selama proses pemanasan.
Meskipun terlihat lebih jernih setelah disaring, minyak tetap mengandung zat yang dapat merusak sel tubuh. Sebaiknya minyak bekas tidak digunakan kembali untuk memasak makanan. Lebih baik beralih ke alternatif yang lebih sehat agar tidak menimbulkan dampak buruk dalam jangka panjang.
5. Alternatif sehat pengganti minyak jelantah

Menggunakan minyak baru tentu lebih baik dibanding minyak bekas. Beberapa jenis minyak seperti minyak kelapa, minyak zaitun, atau minyak biji bunga matahari bisa menjadi pilihan yang lebih sehat. Kandungan lemak tak jenuh dalam minyak ini lebih stabil saat dipanaskan dan tidak mudah terurai menjadi zat berbahaya.
Jika ingin menikmati gorengan yang lebih sehat, teknik memasak juga perlu diperhatikan. Menggunakan metode deep frying dengan suhu yang tepat bisa mengurangi penyerapan minyak pada makanan. Selain itu, menggoreng dalam jumlah sedikit setiap kali penggunaan dapat membantu menjaga kualitas minyak lebih lama.
Gorengan memang nikmat, tetapi cara memasaknya perlu diperhatikan demi kesehatan. Minyak jelantah mungkin bisa memberikan sensasi rasa tertentu, tetapi risiko kesehatannya jauh lebih besar dibanding manfaatnya. Memilih minyak yang lebih sehat serta menerapkan teknik menggoreng yang tepat adalah solusi terbaik.
Jika ingin menikmati gorengan tanpa rasa khawatir, lebih baik gunakan minyak berkualitas daripada mempertaruhkan kesehatan untuk sekadar rasa gurih semu.
Referensi:
"Bahaya Mengonsumsi Minyak Jelantah bagi Kesehatan". FK UI. Diakses pada Maret 2025.
"Dampak Penggunaan Minyak Goreng Secara Berulang bagi Kesehatan". Yankes Kemkes. Diakses pada Maret 2025.
"You Can Reuse Frying Oil". Epicurious. Diakses pada Maret 2025.
"Leftover Frying Oil". Bon Appétit. Diakses pada Maret 2025.