Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Medis Ehrlichiosis, Penyakit Mirip Flu Akibat Gigitan Kutu

ilustrasi hidung tersumbat (pexels.com/cottonbro)

Selain nyamuk, kutu adalah serangga yang kerap membawa atau menyebarkan penyakit ke manusia. Ia menggigit inang yang terinfeksi penyakit dan menularkan ke inang lainnya. Salah satu penyakit yang bisa disebabkan oleh gigitan kutu adalah ehrlichiosis, atau juga disebut human monocytic ehrlichiosis (HME).

Menurut laman Cleveland Clinic, ehrlichiosis adalah penyakit yang disebabkan gigitan kutu yang terinfeksi bakteri Ehrlichia. Adapun kutu pembawanya yang paling umum adalah kutu bintang tunggal (Amblyomma americanum) dan kutu kaki hitam (Ixodes scapularis) yang seringkali ditemukan hidup di luar ruangan, seperti hutan dan rerumputan tinggi.

Ehrlichiosis biasanya menyebabkan gejala mirip flu, seperti demam, nyeri otot, dan sakit kepala. Meskipun tergolong ringan, jika tidak diobati, ini bisa menyebabkan kondisi yang serius. Bagaimana ehrlichiosis berkembang pada manusia dan apa yang harus dilakukan untuk mencegahnya? Simak beberapa faktanya berikut ini.

1. Tanda dan gejala ehrlichiosis

ilustrasi orang mengalami demam tinggi (pexels.com/cottonbro)

Individu yang mengalami ehrlichiosis, dapat mengembangkan gejala 5--14 hari setelah gigitan kutu yang terinfeksi. Gejalanya biasanya muncul secara tiba-tiba yang ditandai dengan gejala mirip flu dan berkembang menjadi beberapa gejala tambahan.

Melansir dari Columbia University Irving Medical Center, lebih dari 70 persen orang dengan ehrlichiosis akan mengalami demam, menggigil, sakit kepala parah, dan nyeri otot. Terkadang, ini juga disertai dengan gejala tambahan seperti mual, muntah, kebingungan dan ruam yang berupa bercak atau titik-titik merah. Ruam biasanya lebih sering muncul pada anak-anak daripada orang dewasa. 

Gejala yang tidak segera mendapatkan perawatan, dapat berkembang menjadi komplikasi yang serius, bahkan fatal. Terlebih, jika ini terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti HIV atau kanker. Beberapa komplikasi tersebut, termasuk:

  • Koagulasi intravaskular diseminata (kondisi langka).
  • Sindrom gangguan pernapasan akut atau gagal napas.
  • Gagal ginjal (acute kidney injury).
  • Pendarahan dalam (hemorrhaging).
  • Sepsis.
  • Radang otak.
  • Gagal jantung.
  • Kejang.
  • Koma.

2. Bagaimana ehrlichiosis berkembang pada manusia?

ilustrasi gigitan kutu (pexels.com/Erik Karits)

Ehrlichiosis terjadi karena infeksi dari beberapa jenis bakteri Ehrlichia yang ditularkan oleh gigitan kutu, termasuk kutu bintang tunggal (lone star) dan kutu berkaki hitam. Jenis bakteri penyebab infeksi tersebut adalah Ehrlichia chaffeensis, Ehrlichia ewingii, dan Ehrlichia muris eauclairensis

Seperti yang kita ketahui, kutu mendapatkan energi untuk bertahan hidup dengan mengisap darah. Ia hinggap dan menempel dari satu inang ke inang lainnya untuk memperoleh makanan. Rusa berekor putih adalah salah satu inang kutu lone star dan kutu berkaki hitam, yang juga disebut sebagai reservoir (penyimpan) potensial bakteri Ehrlichia

Ketika kutu menggigit agen infeksi, ia akan terinfeksi. Ketika kutu yang terinfeksi Ehrlicia menggigit manusia, ia akan mengambil darah dan mentransfer penyakit atau infeksi tersebut ke tubuh kita. Infeksi bakteri tersebut kemudian menyerang sel darah putih dan akhirnya menyebabkan kondisi yang disebut ehrlichiosis

Tak hanya itu, pada kasus yang jarang, penularan ehrlichiosis pada manusia juga dapat terjadi melalui transfusi darah, dari ibu ke janin, transplantasi organ, atau melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, seperti ditambahkan laman Mayoclinic dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

3. Siapa yang paling berisiko mengalami ehrlichiosis?

ilustrasi kegiatan outdoor (pexels.com/Am hard)

Kutu penyebab ehrlichiosis tersebar di banyak negara. Kutu lone star yang merupakan pembawa utama bakteri penyebab kondisi ini, sering ditemui di daerah Amerika Serikat bagian pesisir selatan-tengah, tenggara, dan timur. Sedangkan kutu berkaki hitam, ditemukan di Upper Midwest, seperti Minnesota dan Wisconsin.

Seseorang dapat memiliki risiko lebih tinggi mengalami ehrlichiosis ketika tinggal atau berada di daerah persebaran kutu tersebut. Selain itu, beberapa faktor berikut juga dapat meningkatkan risikonya. Di antaranya:

  • Berada di luar ruangan di musim semi dan musim panas yang hangat. Kemungkinan paparan meningkat pada awal bulan musim panas, seperti Mei hingga Juli atau September bertepatan dengan tahap dewasa dan nimpa dari siklus hidup kutu yang memungkinkan mereka menggigit manusia. 
  • Berkegiatan di kawasan hutan, seperti berburu, berkemah, atau pendakian.
  • Mengenakan pakaian terbuka di daerah rawan persebaran kutu sehingga membuat kulit mudah terpapar oleh kutu. 

Kasus ehrlichiosis sangat jarang terjadi, tetapi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2000, ada sekitar 200 kasus yang dilaporkan, kemudian meningkat menjadi lebih dari 2.000 kasus pada 2019. 

4. Diagnosis

ilustrasi tes darah (pexels.com/Gustavo Fring)

Ehrlichiosis dapat didiagnosis melalui tes darah untuk mengetahui ada tidaknya bakteri penyebab kondisi ini. Pemeriksaan fisik atau gejala juga diperlukan, tetapi tidak bisa digunakan untuk menentukan diagnosis karena gejalanya mirip dengan kondisi umum lainnya. 

Selain itu, informasi terkait riwayat gigitan kutu atau paparan kutu juga penting untuk membantu membuat diagnosis. Jika seseorang mengalami ehrlichiosis, berikut hasil yang mungkin ditemukan dari tes darah:

  • Jumlah sel darah putih rendah. Di mana sel darah ini sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh.
  • Jumlah sel trombosit darah rendah. Ini merupakan sel darah yang dibutuhkan tubuh untuk membantu proses pembekuan darah.
  • Adanya peningkatan enzim hati, yang bisa mengindikasikan ketidaknormalan pada fungsi hati.

5. Pengobatan dan pencegahan

ilustrasi pengurangan dosis obat (pexels.com/Anna Shvets)

Pengobatan yang paling sering direkomendasikan untuk ehrlichiosis adalah pemberian antibiotik doksisiklin. Ini bisa digunakan pada anak-anak maupun orang dewasa.

Pengobatan ini bekerja sangat efektif jika diberikan segera setelah kemunculan gejala. Dokter mungkin akan meresepkan penggunaan antibiotik hingga 3 hari setelah demam dan gejala membaik, yaitu sekitar 5 hingga 7 hari. Biasanya, dengan pengobatan yang segera gejalanya dapat membaik dalam waktu 24 hingga 48 jam pertama. 

Untuk mewaspadai ehrlichiosis, inilah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegahnya:

  • Menggunakan obat antiserangga yang mengandung DEET atau bahan lain yang ampuh mengusir kutu.
  • Menggunakan pakaian yang menutup kulit sebanyak mungkin saat bepergian ke luar rumah, seperti ke hutan atau area berumput tinggi. 
  • Memeriksa keberadaan kutu pada tubuh setelah berada di luar rumah yang berpotensi terdapat kutu.
  • Periksa kutu hewan peliharaan sesering mungkin, seperti anjing. karena ia juga bisa membawa kutu penyebab penyakit.

Ehrlichiosis merupakan kondisi medis akibat gigitan kutu yang terinfeksi bakteri Ehrichia. Gejala awal biasanya ringan, tetapi dapat berkembang menjadi lebih serius jika tidak ditangani segera.

Pergilah ke dokter jika kamu mengalami gejala yang telah disebutkan di atas setelah terpapar atau mendapatkan gigitan kutu untuk mendapatkan pemeriksaan lebih dini. Selain itu, selalu waspada saat bepergian atau travelling ke daerah-daerah yang umum persebaran kutu pembawa ehrlichiosis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi wahyu intani
EditorDwi wahyu intani
Follow Us