Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pola Makan Buruk yang Sering Dilakukan Anak Kos, Jangan Diteruskan! 

ilustrasi wanita yang sedang makan sendirian (pexels.com/cottonbro studio)

Menjalani kehidupan sebagai anak kos bisa dibilang gampang-gampang susah. Sebagai mahasiswa, kamu pasti akan dihadapkan pada berbagai kegiatan, mulai dari menghadiri kelas, mengikuti kepanitiaan, melakukan penelitian, dan masih banyak lagi.

Padatnya jadwal membuat anak kos sering menyepelekan satu hal, yaitu pola makan. Tak jarang mereka hanya berusaha untuk menghilangkan rasa lapar tanpa memperhatikan asupan gizinya.

Bagi kamu yang sedang ngekos, jauhi lima pola makan di bawah ini supaya badan tetap sehat. Makanlah dengan baik dan teratur, ya!

1. Tidak makan tepat waktu

ilustrasi dua orang makan bersama (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Padatnya jadwal kuliah dan kegiatan di luar kampus membuat kamu sering tidak makan tepat waktu. Akibat buru-buru, kamu jadi melewatkan waktu sarapan dan memilih untuk merangkapnya dengan makan siang. Atau bahkan kamu tidak makan malam karena sudah terlalu lelah.

Walaupun merasa baik-baik saja, rupanya kebiasaan ini tidak baik untuk dilakukan terus-menerus. Penelitian di Jurnal Keperawatan yang dilakukan Putri dkk pada 2010 mengungkapkan bahwa perilaku telat makan bisa menimbulkan gastritis akut bahkan kronis.

2. Sering makan mi instan

ilustrasi makan mi instan (pexels.com/cottonbro studio)

Sebagian besar anak kos, khususnya mahasiswa, terbiasa untuk menerima uang bulanan dari orang tua. Uang tersebut harus dikelola supaya cukup untuk makan, nongkrong, tugas kuliah, dan masih banyak lagi.

Banyaknya pengeluaran membuat anak kos kerap mengonsumsi mi instan supaya lebih hemat. Meski murah dan gurih, mi instan tidak baik dikonsumsi terlalu sering. Pasalnya, mi instan mengandung pengawet dan tidak memiliki banyak nutrisi untuk mencukupi kebutuhan gizi harian tubuh.

3. Terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat

ilustrasi nasi putih (pexels.com/freepik)

Saking inginnya berhemat, tak jarang anak kos memilih untuk makan di prasmanan supaya bisa mengambil banyak nasi. Alasannya sederhana, yaitu supaya bisa kenyang lebih lama.

Padahal konsumsi karbohidrat terlalu banyak tapi rendah serat bisa berpengaruh terhadap munculnya berbagai macam penyakit tidak menular. Penelitian di The American Journal of Clinical Nutrition menjelaskan bahwa asupan karbohidrat yang tinggi bisa memengaruhi metabolisme lemak dan glukosa serta meningkatkan risiko resistensi insulin.

4. Tidak makan buah

ilustrasi wanita yang memegang pisang (pexels.com/Victoria Rain)

Kementerian Kesehatan RI menganjurkan supaya masyarakat mengonsumsi buah minimal 150 gram buah atau 2—3 porsi buah setiap hari. Hal ini dikarenakan buah mengandung vitamin dan mineral yang bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit.

Sayangnya, sebuah penelitian tahun 2022 yang terbit di Borneo Student Research mengungkapkan bahwa mayoritas mahasiswa tidak memiliki persediaan buah di kos. Akibatnya mereka jadi jarang mengonsumsi buah.

Sebagai anak kos, kamu tidak perlu membeli buah-buahan yang mahal untuk mendapatkan khasiat buahnya. Ada banyak sekali buah-buahan sehat dengan harga terjangkau, seperti pisang, jambu, pepaya, dan lain-lain.

5. Sering mengonsumsi junk food

ilustrasi makan junk food (pexels.com/Darya Sannikova)

Pola hidup yang serba mudah dan cepat justru bisa mengacaukan pola makan anak kos. Makanan yang semula perlu diolah sedemikian rupa kini bergeser dengan kehadiran junk food yang lebih praktis.

Jenis junk food seperti nugget, sosis, kornet, dan sarden kalengan memang mudah untuk dimasak. Rasanya pun enak, sehingga bisa menambah nafsu makan.

Namun di balik itu, junk food merupakan makanan dengan kandungan sodium atau garam tinggi serta rendah nutrisi. Mengonsumsi junk food terlalu sering dapat menimbulkan banyak masalah kesehatan.

Sebagai mahasiswa sekaligus anak kos, kamu dihadapkan pada padatnya kegiatan. Namun, jangan sampai banyaknya kegiatan justru mengacaukan pola makanmu. Oleh karena itu, perbaiki pola makan supaya kamu semakin sehat dan bisa lebih produktif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Alfadhylla Rosalina Wibisono
EditorAlfadhylla Rosalina Wibisono
Follow Us