Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Berhenti Ngopi? Ini 5 Gejala Putus Kafein yang Mungkin Kamu Alami 

ilustrasi seseorang yang kurang tidur (Freepik.com/yanalya)

Kopi memiliki kandungan senyawa kafein yang tergolong tinggi di antara jenis minuman berkafein lainnya. Hal ini membuat kopi dapat menstimulasi sistem saraf dan meningkatkan kapasitas energi yang dimiliki tubuh.

Seiring dengan meningkatnya konsumsi kopi, tubuh akan semakin ketergantungan terhadap kafein yang dikandungnya. Oleh karena itu, orang yang rutin minum kopi kerap merasa kesulitan ketika hendak berhenti mengonsumsi kopi.

Kondisi yang dirasakan tersebut dikenal sebagai caffeine withdrawal symptoms atau gejala putus kafein. Gejala yang dirasakan tiap individu dapat berbeda, tergantung dari kondisi fisik dan seberapa besar tingkat ketergantungannya terhadap kopi. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gejala putus kafein, simak ulasan berikut ini, ya!

1. Sakit kepala

ilustrasi skit kepala (freepik.com/Freepik)

Sakit kepala merupakan gejala paling umum yang dirasakan ketika seseorang berhenti mengonsumsi kopi. Pada dasarnya, keberadaan kafein pada kopi dapat memengaruhi peredaran darah dengan menghambat pembuluh darah tertentu sehingga alirannya ke otak menjadi lebih lambat.

Menurut laporan dari Drugs.com, hal sebaliknya akan terjadi ketika asupan kafein berkurang secara drastis. Apabila hambatan kafein di pembuluh darah menghilang, aliran darah justru akan meningkat sehingga bisa menimbulkan sakit kepala.

2. Cepat lelah dan kurang berenergi

ilustrasi kelelahan ketika bekerja (freepik.com/Racool_studio)

Salah satu manfaat kafein yang dapat dirasakan secara langsung adalah meningkatnya energi untuk beraktivitas. Dilansir Medical News Today, hal ini terjadi karena senyawa kafein berperan dalam menghambat reseptor adenosin, yakni neurotransmiter yang mengatur sistem saraf pusat untuk menurunkan energi tubuh dan bersiap untuk tidur.

Nah, bagi orang yang biasa mengonsumsi kopi, putus kafein akan membuat tubuh menjadi cepat lelah dan tidak berenergi. Ini karena berkurangnya kafein sebagai penyokong energi untuk menghambat aktivitas adenosin.

3. Sulit berkonsentrasi

ilustrasi sakit kepala (Pexels.com/diana.grytsku)

Sulit berkonsentrasi juga menjadi salah satu gejala putus kafein yang umum dirasakan orang yang berhenti mengonsumsi kopi. Hal ini masih berkaitan dengan gejala kelelahan yang sebelumnya telah dijabarkan.

Seiring dengan meningkatnya energi akibat kafein, daya konsentrasi pun akan ikut meningkat. Disamping itu, kafein juga meningkatkan kadar dopamin di otak sehingga tingkat kesadaran menjadi lebih tinggi, seperti dilansir laporan dari jurnal Translational Psychiatry yang terbit pada tahun 2015. Oleh karena itu, hal sebaliknya akan terjadi pada orang yang mengalami gejala putus kafein, yaitu menjadi sulit berkonsentrasi.

4. Merasa cemas dan mood yang tak menentu

ilustrasi menggaruk kepala (freepik.com/drobotdean)

Dampak ketergantungan kafein dapat dirasakan secara mental dan psikologis. Gejala inilah yang tak jarang menyebabkan seseorang gagal untuk mengurangi kebiasaan mengopi.

Efek kafein terhadap aktivitas neurotransmiter memberikan dampak yang beragam pada aktivitas otak dan hormon. Berdasarkan studi yang dipublikasi oleh jurnal Archives of Internal Medicine tahun 2011, meningkatnya konsumsi kafein sejalan dengan menurunnya risiko depresi pada sekelompok perempuan. Maka dari itu, merasa cemas dan mengalami mood yang tak menentu menjadi hal yang lumrah dirasakan ketika seseorang mengalami penurunan dosis kafein secara drastis.

5. Konstipasi

ilustrasi diare (freepik.com/jcomp)

Secara alami, konsumsi kafein mampu menstimulasi usus untuk mencerna makanan lebih cepat. Dilansir Medical News Today, orang yang biasanya mengonsumsi kafein secara rutin akan berisiko mengalami konstipasi ketika mengurangi konsumsinya. Kemungkinan, hal ini terjadi karena ritme sistem pencernaan yang tidak lagi sesuai dengan sebelumnya.

6. Cara mengatasi munculnya gejala putus kafein

ilustrasi minum air putih (unsplash.com/quokkabottles)

Gejala putus kafein dapat muncul dalam jangka waktu tertentu, bergantung pada seberapa parah ketergantungan tubuh terhadap kafein dan bagaimana tubuh merespons perubahan yang terjadi. Dilansir Healthline, ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala putus kafein, antara lain:

  • Kurangi dosis minuman berkafein secara bertahap agar tubuh tidak kaget dengan perubahan yang terjadi. Misalnya bisa dimulai dari mengurangi takaran kopi dalam sekali minum menjadi tiga perempat atau setengah dari biasanya.
  • Mengganti minuman berkafein dengan teh herbal
  • Jaga tubuh agar tetap terhidrasi. Hal ini perlu dilakukan karena gejala. yang muncul akan semakin parah apabila tubuh mengalami dehidrasi
  • Tidur yang cukup untuk mengatasi kelelahan
  • Tingkatkan energi melalui makanan bernutrisi dan melakukan latihan fisik

Memutuskan untuk terlepas dari ketergantungan kafein merupakan langkah yang baik bagi kesehatan tubuh. Semoga dengan mengetahui gejala dan upaya yang dapat dilakukan ketika mengalami putus kafein, kamu jadi lebih mudah untuk menjalaninya, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us