Self-Serving Bias: Menyalahkan Orang Lain atas Kegagalan Diri Sendiri 

Demi melindungi harga diri! 

Dalam kehidupan sosial, kita mungkin pernah menjumpai orang yang sering memuji dirinya sendiri saat sukses dan cenderung menyalahkan keadaan, kejadian, atau orang lain ketika mengalami kegagalan. Dalam ilmu psikologi, ini disebut sebagai self-serving bias.

Dilansir Verywell Mind, self-serving bias adalah kecenderungan manusia untuk menyalahkan kekuatan eksternal ketika mengalami hal-hal buruk dan memberi penghargaan pada diri sendiri ketika hal-hal baik terjadi.

Sebagai contoh, ketika seseorang lulus ujian, self-serving bias percaya bahwa itu merupakan hasil belajar kerasnya. Namun ketika gagal, mereka cenderung menyalahkan faktor luar daripada kemampuan dirinya sendiri. Misalnya menganggap gurunya tidak mengajarinya dengan baik, suasana ruang ujian yang kurang kondusif, atau bahkan teman yang telah mengganggu belajarnya.

Bagaimana bias ini bekerja dalam kehidupan sehari-hari? Yuk, simak ulasannya berikut ini.

1. Kenapa seseorang punya kecenderungan melakukan self-serving bias?

Self-Serving Bias: Menyalahkan Orang Lain atas Kegagalan Diri Sendiri ilustrasi wanita karier (unsplash.com/Kat Nelson)

Perilaku self-serving bias sering kali dikaitkan dengan mekanisme pertahanan citra dan harga diri yang positif. Mengaitkan hal atau peristiwa positif dengan pencapaian pribadi dapat membangun kepercayaan diri dan citra diri yang baik kepada orang lain.

Sementara itu, menyalahkan kekuatan eksternal atas kegagalan dianggap dapat melindungi dan membebaskan diri dari tanggung jawab pribadinya.

2. Apa yang memengaruhi bias ini? 

Self-Serving Bias: Menyalahkan Orang Lain atas Kegagalan Diri Sendiri ilustrasi swafoto (unsplash.com/Team Fredi)

Meskipun bias ini tersebar di seluruh populasi, tetapi beberapa faktor seperti usia, budaya, diagnosis klinis, ataupun jenis kelamin dapat memengaruhi terjadinya self-serving bias.

Menurut keterangan dari berbagai sumber, self-serving bias biasanya populer di budaya Barat, seperti Amerika Serikat dan Kanada, dan cenderung jarang terjadi di budaya Timur, seperti Tiongkok dan Jepang.

Hal ini dikarenakan budaya individualis budaya Barat yang menekankan pencapaian pribadi dan harga diri yang lebih penting. Sementara pada budaya Timur dengan budaya kolektivis, cenderung mengaitkan kesuksesan pribadi dengan faktor keberuntungan dan kegagalan dengan kurangnya kemampuan diri.

Selain budaya, usia juga turut memengaruhi self-serving bias. Bias ini terbukti paling kuat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa di atas 55 tahun, khususnya laki-laki.  

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Mengidap Kepribadian Narsistik, Waspadai Segera

3. Kerugian self-serving bias

Self-Serving Bias: Menyalahkan Orang Lain atas Kegagalan Diri Sendiri ilustrasi narsisme (pixabay.com/geralt)

Meskipun dapat membantu mendorong peningkatan harga diri seseorang, self-serving bias juga tidak menguntungkan secara keseluruhan.

Terus-menerus menyalahkan orang lain atau lingkungan atas kegagalan dan hanya menghargai hal-hal positif dapat dikaitkan dengan perilaku narsisme. Ini justru dapat merusak hubungan sosial, baik di tempat kerja, tempat belajar, hubungan persahabatan, maupun dalam keluarga.

4. Bagaimana menguji self-serving bias pada seseorang? 

Self-Serving Bias: Menyalahkan Orang Lain atas Kegagalan Diri Sendiri ilustrasi konsultasi dokter (unsplash.com/National Cancer Institute)

Dilansir Healthline, terdapat beberapa cara untuk menguji self-serving bias, yaitu:

  • Pengujian laboratorium yang dapat memberikan wawasan cara mengurangi self-serving bias
  • Pencitraan saraf, untuk melihat bagian otak mana yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan atribusi
  • Laporan diri restropektif yang dapat membantu memberikan hasil berdasarkan laporan perilaku masa lalu

5. Bagaimana cara mengatasi self-serving bias?

Self-Serving Bias: Menyalahkan Orang Lain atas Kegagalan Diri Sendiri ilustrasi introspeksi diri (unsplash.com/Maha Pau M.)

Cara pertama yang bisa dilakukan untuk mengatasi perilaku self-serving bias adalah kesadaran. Menyadari bagaimana cara kamu mengambil keputusan selama ini dan mempertimbangkan semua faktor yang dapat menghindari mengambil keputusan yang gegabah.

Tak hanya itu, memiliki keterampilan “welas asih” atau belas kasihan juga dapat membantu menghindari perilaku ini. Kamu dapat mempraktikkan keterampilan welas asih melalui kesadaran ataupun terapi. Menempatkan diri bahwa kita bukanlah manusia yang sempurna dan memperlakukan orang lain atau lingkungan dengan baik.

Itulah beberapa fakta menarik tentang self-serving bias. Apakah kamu sering menjumpainya dalam kehidupan sehari-hari? Atau justru kamu sendiri memiliki bias tersebut? Yuk, mulai kenali diri lagi!

Baca Juga: Berperilaku Antagonis? Ini 5 Fakta Antisocial Personality Disorder

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya