Benarkah Nyeri Haid Setara dengan Serangan Jantung?

Bukan dilebih-lebihkan, ada penelitiannya

Bagi sebagian perempuan, menstruasi menjadi hari-hari yang kurang menyenangkan. Bukan hanya karena darah yang berantakan, tetapi juga rasa nyeri yang menyertai. Beberapa perempuan bahkan mendapati rasa sakit yang sangat parah hingga mengurangi produktivitasnya.

Saking parahnya, ada pendapat yang mengemukakan bahwa nyeri haid setara dengan serangan jantung. Benarkah demikian? Atau, argumen tersebut hanya melebih-lebihkan?

Proses menstruasi

Menstruasi adalah fase pendarahan vagina bulanan yang terjadi saat tubuh melepaskan lapisan rahim. Proses peluruhan ini terjadi akibat sel-sel di lapisan rahim melepaskan bahan kimia bernama prostaglandin, melansir Medical News Today.

Bahan kimia tersebut memicu kontraksi pada pembuluh darah dan otot rahim. Akibatnya, kedua bagian tubuh perempuan tersebut meluruh dan lapisannya terlepas. 

Prostaglandin juga bertanggung jawab atas nyeri yang datang sebelum atau selama periode menstruasi berlangsung. Sumber yang sama bahkan menyebutkan, intensitas nyeri haid sebanding dengan jumlah prostaglandin yang dilepaskan. 

Rasa sakit berlebih selama menstruasi ini juga disebut sebagai dismenore. Hal tersebut dapat terjadi beberapa jam sebelum menstruasi dan berlanjut selama 2-3 hari, melansir studi dalam International Journal of Environmental Research and Public Health.

Bagi beberapa perempuan, nyeri akan terasa sangat mengganggu, bahkan dapat mengurangi kemampuan beraktivitas sehari-hari. Ini real, bukan mengada-ada, lho!

Nyeri haid setara dengan serangan jantung?

Benarkah Nyeri Haid Setara dengan Serangan Jantung?ilustrasi nyeri haid (freepik.com/freepik)

Tolong tahan jika kamu berpikir pendapat tersebut terlalu berlebihan. Faktanya, terdapat sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa nyeri selama menstruasi sama sengsaranya dengan mendapat serangan jantung. 

Pada tahun 2016, profesor kesehatan reproduksi di University College London, John Guillebaud, mengungkapkan hasil studinya kepada Quartz. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa nyeri haid bisa sama buruknya dengan serangan jantung

Meski demikian, belum banyak penelitian yang aware terkait rasa nyeri selama menstruasi berlangsung. Independent bahkan mengungkapkan bahwa rasa sakit menstruasi masih dianggap kurang serius dalam penanganan medis. 

Sebelum mendapatkan perawataan karena sakit perut, laki-laki biasanya menunggu rata-rata 49 menit. Sementara, perempuan harus menunggu lebih hingga 65 menit. Kadang bisa lebih lama lagi karena rasa sakitnya dianggap dramatis dan berlebihan. Sedih banget!

Baca Juga: 5 Posisi Tidur untuk Meredakan Nyeri Haid yang Bikin Nyaman

Sakitnya menstruasi lebih nyeri dari sakit jantung!

Benarkah Nyeri Haid Setara dengan Serangan Jantung?ilustrasi nyeri haid (freepik.com/wayhomestudio)

Jika sebagian besar setuju bahwa nyeri haid setara dengan serangan jantung, Dr. Jen Guter tidak beranggapan demikian. Menurutnya, nyeri akibat menstruasi lebih sakit daripada terkena serangan jantung. 

Jen mengatakan bahwa serangan jantung sering menimbulkan gejala tidak jelas atau sebatas nyeri ringan. Di luar itu, otot jantung benar-benar mati selama serangan jantung, sedangkan otot rahim tidak. Hal ini menimbulkan rasa sakit lebih lama.

Satu-satunya kesamaan antara keduanya adalah terjadi karena sistem saraf simpatik. Itulah sebabnya lokasi nyeri, baik karena serangan jantung atau nyeri menstruasi, sulit dijelaskan atau dibedakan.

Alih-alih serangan jantung, Dr. Guter lebih setuju menyamakan nyeri perut menstruasi dengan kontraksi melahirkan. Pada situsnya, Guter menjelaskan bahwa selama mengalami kram ringan, nada basal rahim kurang dari 10mm Hg.

Angka tersebut dapat memicu 3-4 kontraksi per interval 10 menit dan tekanan dari kontraksi mencapai 120 mmHg. Kondisi tersebut sebanding dengan tekanan dalam rahim selama tahap kedua persalinan alias saat mengejan.

Selama terjadi nyeri menstruasi, nada basal terjadi peningkatan. Tekanan kontraksi pun meningkat hingga 150-180 mmHg. Hal tersebut memicu berkurangnya aliran darah uterus dan penurunan pengiriman oksigen. Sudah jelas, faktor tersebut akhirnya dapat meningkatkan rasa sakit. 

Nyeri haid setara dengan serangan jantung yang dijelaskan oleh penelitian saja masih dianggap tidak mewakili, lho! Pada beberapa perempuan hal ini memang sering terjadi, tapi sayangnya jarang perempuan mendapatkan perawatan yang memadai. 

Baca Juga: Ovulasi Dua Kali dalam Satu Siklus Menstruasi, Bisakah?

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya