ilustrasi vaksin hepatitis B (aarp.org)
Memutus atau mencegah sedini mungkin penularan hepatitis menjadi prioritas pemerintah saat ini. Khusus untuk hepatitis B, dilakukan deteksi dini hepatitis B yang terintegrasi dengan pemeriksaan HIV dan sifilis untuk minimal 80 persen ibu hamil (atau disebut juga dengan Triple Eliminasi). Tujuannya untuk memutus atau mencegah penularan secara vertikal dari ibu ke anak.
Pemberian imunisasi hepatitis B tiga dosis pada bayi juga masuk dalam program imunisasi nasional untuk mengurangi insiden. Pemberian HB0 kurang dari 24 jam untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi. Selain itu juga dilakukan pemberian HBIg pada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg, dan pemberian tenofovir pada ibu hamil dengan viral load tinggi.
Deteksi dini juga harus dilakukan bagi kelompok berisiko seperti pengguna jarum suntik (penasun) dan eks penasun, ODHIV, pasien hemodialisis, populasi kunci seperti warga binaan pemasyarakatan (WBP), pekerja seks (PS), pria yang berhubungan seks dengan pria, riwayat transfusi, riwayat tato dan tindik, serta penggunaan alat medis yang tidak steril. Ini penting untuk memutus penularan penyakit.
Secara khusus, dr. Syahril mengimbau masyarakat untuk menghindari praktik seks berisiko. Ingat selalu bahwa hepatitis menular melalui cairan tubuh, termasuk air mani dan air liur. Contohnya ciuman sampai terjadi perlukaan dapat menularkan virus. Jangan lupa untuk menggunakan pengaman saat berhubungan seks untuk meminimalkan risiko penularan.